Pages

priBotTab2

Sabtu, 03 November 2012

Selaksa Hikmah dari Mushola Mall

Bismillah...
Pukul 14.45 Wita.
Keluar dari rumah, dengan list pekerjaan tersimpan di kepala. Ashar hampir tiba, tapi kuputuskan keluar rumah lebih awal. Singgah sebentar ke salah satu Lembaga Training di kotaku, lalu mengarahkan kendaraan menuju pusat pembelajaan itu, dekat saja, hanya 5 menit dari rumahku. Adzan Ashar berkumandang ketika motorku berhenti di lampu merah. Indah, selalu, dan kusempatkan mencuri waktu do'a mustajab setelahnya. Setibanya di mall, tempat yang pertama kutuju ialah mushola lantai 2. Wudhuku masih terjaga, sehingga tak perlu ikut berwudhu di tempat perwudhuan umum, lagipula tempat wudhunya masih "bercampur". Bersegeralah aku menuju mushola mall tadi dan cukup terkejut juga,  ternyata sudah ada jamaah yang memulai sholatnya. Aku malu.
Aku : muslimah, dan aku : masbuk, sore itu.
Pukul 15.10 Wita.
Sang imam, menjalani sholatnya dengan khusyuk, tekun, tuma'ninah dalam setiap geraknya, hingga bacaan salam. Aku yang masbuk, berdiri lagi setelah salam, melanjutkan 2 rakaatku yang tertinggal. Ketika sholat selesai, dzikir dan do'a sebentar. Karena dalam ruangan sederhana, egois rasanya memperlama do'a, sudah ada orang lain yang menunggu giliran sholat. Dikarenakan tadi aku masbuk, 2 sajadah di sampingku sudah kosong yang segera ditempatinya, sehingga aku pun tak terlalu tergesa-gesa merapikan mukena. Tepat ketika aku berdiri, empat orang pria dewasa masuk ke dalam. Satu orang dengan kopiahnya, ditawarkan menjadi imam. Yang berempat segera mengatur barisan. Datang pria kelima, mencoba masuk, tapi kemudian batal. Barisan makmum memang hanya cukup untuk empat orang. Imam pun takbir. Aku tersenyum.

Pukul 16.00 Wita
Ringan kulangkahkan kakiku. Ada selaksa hikmah yang kutemukan dalam kejadian tadi. Ada energi baru yang tumbuh. Aku bukan anak mall, tapi ini bukan kali pertamanya aku sholat di mall.
1. Kesadaran sholat itu, ternyata masih ada
Negara kita, negara dengan penduduk islam terbanyak di dunia. Well, but honestly pernahkah tiba-tiba ketika kita di Mall, musik pengiring Mall berhenti, lalu berkumandang suara adzan? Pernah nggak ya? Dalam bulan ramadhan juga tidak, pengumuman waktu berbuka puasa sudah tiba pun, sepertinya juga tidak ada...Hmm entahlah, berharap saja aku salah. Aku ingat, ketika aku buka puasa di mall, aku masih harus lirik kanan-kiri, tanya kanan-kiri, atau paling cerdas mendengarkan siaran radio dari Masjid Raya hanya untuk mengetahui apakah waktu maghrib telah tiba. Jika adzan saja tidak terdengar, lalu darimana caranya mereka bisa sholat tepat waktu?. Allah, hamba masih optimis, kesadaran sholat tepat itu masih ada :) Ia tumbuh, dan terjaga walau di tengah hingar bingar musik-musik dan kesibukan mencari nafkah yang melenakan itu.
2. Berhenti menilai seseorang dari tampilan fisik
Selalu menarik, tak pernah kutemui ikhwan atau akhwat yang kukenal, sedang sama-sama sholat di mall. Tentu aku berbaik sangka, mereka tentu seharusnya sekarang sedang berada di barisan pertama sholat berjamaah di masjid, bukan di mall. Setiap kesana yang kutemui ialah pria dan wanita "biasa", dengan pakaian yang "biasa", dan kesibukan yang "biasa". Terkadang ada pak satpam, penjual VCD, cleaning servis, penjaga toko kacamata, PSG di pusat pembelanjaan, atau pengunjung "biasa" dengan latar belakang yang "biasa". "Biasa", dengan ciri-ciri keislaman yang minim. Tidak terlalu  terlihat "sholeh" dan "sholehah",  gaul, dan yang wanitanya masih ada yang belum mengenakan jilbab. Aksesoris paling maksimal biasanya hanya peci putih kecil. Belum pernah kuliat ada pria sholat di mall, memakai baju koko dan sarung. Mungkin memang itu gaya pakaian ke masjid, bukan ke mall. Bahkan, aku pernah satu jamaah sholat dengan pria nyentrik dengan rambut brekele, mengenakan gelang-gelang yang banyak, sholat mengenakan kaos & jins. Mungkin saja dia : seniman. Ya, itu dia dan banyak pengunjung yang lain. Sepersekian kecil, minoritas dari sekian banyak pengunjung mall, yang menyempatkan tepatnya mungkin : merencanakan sholat di  mushola itu. Ah, lupakan sejenak soal tampilan fisik. Lupakan! karena mereka telah "merebut" pahala terlebih dahulu dengan melaksanakan sholatnya tepat waktu!  Orang-orang "biasa" itu yang tetap mengingat dan memenuhi panggilan RabbNya : dalam kondisi yang seperti itu.
3. Mushola mall yang sederhana
Di kotaku dulu hanya ada 3 mall, aku pernah sholat di 3 mall tersebut. Dan kondisinya hampir sama. Mushola, tempat sholat yang seharusnya mulia itu hanya berbentuk ruang kecil sederhana, terisi 3-4 baris. Bahkan mushola yang tadi baru kudatangi, hanya cukup dipakai oleh 1 orang imam, 4 makmum laki-laki dan 4 makmum perempuan. Minim, bahkan lebih minim daripada mushola kampusku dulu. Dulu, sebelum akhirnya fakultas kami membangunkan mushola yang sebenarnya. Tempat sholat yang terbatas, mukena yang berantakan dan jarang di cuci, dan semoga saja petugas kebersihan mall memiliki jadwal rutin untuk membersihkan hambal sholatnya. Maaf, sedikit memalukan, tapi ini fakta. Padahal, mushola itu tempatnya sholat kan ya? Seharusnya rapi, bersih, wangi, dan suci. Agar penghuninya khusyuk, agar sholat di dalamnya juga nyaman. Miris, kondisi mushola yang tidak sebanding dibandingkan kemegahan desain mall seluruhnya. Semoga saja, dalam master plan pembangunannya, mushola bukan petakan sisa yang belakang baru diingatkan bahwa bagian ini penting. Alhamdulillah, sekarang di kotaku, ada sebuah mall megah dengan mushola termegah yang pernah ada. Satu-satunya mushola mall terbagus di kotaku (mungkin) ini, dibangun pada lantai tertingginya, dengan pintu kaca, luas, hijab sempurna, tempat wudhu terpisah, rak sepatu, area bermain anak, bahkan : imam khusus mushola serta takjil gratis dan jadwal tarawih setiap ramadhan!. Wow, ini baru mushola.. .:) Bagaimana tidak, pemiliknya menyediakan khusus 1 lantai tertinggi itu, untuk mushola! (Mushola atau masjid, ya?). Salut...semoga mall  lain di kota ku segera menyusul, melakukan renovasi atas mushola mallnya. Aamiin..
4. Hidayah itu kehendakNya dan juga ikhtiar kita
Sungguh, hanya Dia, Allah yang mengerakkan hati-hati kami untuk bersegera memenuhi panggilan sholatNya.    Andaikata saja, semua pengunjung mall sore itu, tergerak hatinya, pastilah antrian menuju mushola mengalahkan antrian pembayaran di kasir, antrian pemesan makanan di fastfood, atau mengalahkan kerumunan di toko buku, karena diskon besar-besaran sedang diadakan. Nyatanya, antrian itu memang ada, tapi mungkin hanya 5-10 orang. Seperti pemuda tadi yang kemudian berdiri menunggu di luar, karena mushola sudah sesak, dengan  1 imam dan 8 makmum. Berbaik sangka saja, mungkin mereka sudah mengelar sajadahnya di counter-counter yang dijaganya, tidak ikut jamaah di mushola yang sempit ini. Tapi coba tengoklah lebih banyak lagi pengunjung mall, di luar sana yang tidak bersegera mengerjakan kewajibannya. Diantara mereka bahkan mengenakan busana yang "lebih baik" dibandingkan mereka yang membersamaiku dalam jamaah sholat itu. Hmm..mungkin saja wanita berjilbab itu sedang "tidak wajib sholat", tapi bagaimana dengan teman laki-lakinya?. Sungguh, hidayah itu milikNya dan juga ikhtiar kita. Sahabatku sayang, saudara-saudariku seiman, Rabb Mu : memanggil, bersegeralah kepadaNya...Jangan lalai, dunia ini sementara. Seperti perkataan dalam hadits Arbain: jadilah orang asing atau pengembara.

Hadits Keempatpuluh
(Hidup Seperti Orang Asing Atau Pengembara)


عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ . وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ .
[رواه البخاري]
Artinya :Dari Ibnu Umar r.a berkata : Rasulullah SAW memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda: Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara, Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu. (Hadits Riwayat Bukhori). 

Sahabat, aku tidak sedang mengajakmu untuk berprasangka buruk karena membaca tulisanku kali ini. Aku hanya ingin berbagi selaksa hikmah dari peristiwa sholat sore ini. Aku pun tak sempurna, dan masih berusaha, istiqomah, menjaga sholat. Sholat, amal yang akan menjadi penentu semua amal kelak di yaumul mizan. Semoga ada hikmah yang bisa diambil. Wallahu'alam bishowab.
Aku : muslimah, dan aku : berjanji, mengupayakan semaksimal mungkin, tidak akan masbuk.
 @baitijannati

0 komentar

Posting Komentar