Pages

priBotTab2

Jumat, 02 November 2012

Cinta : Jatuh Cinta, Bangun Cinta

Bismillah...
Cinta, satu kosakata yang tiada habisnya jika dibicarakan. Dari dulu, bahkan mungkin hingga akhir zaman, cinta tak akan pernah selesai dibahas. Segalanya selalu tentang : cinta. Bahkan dalam hubungan hamba dengan RabbNya.. ada 3 alasan yang mendasarinya yaitu : cinta, takut, dan harap. Dan cinta adalah alasan tertinggi tersebut. Seperti perkataan Rabiatul Adawiyah dalam kisahnya :
Seorang sufi wanita yang terkenal Rabiatul Adawiyah yang terkenal kisahnya : dia berlari membawa obor dan bejana berisi air lalu salah seorang sahabat bertanya “Ya kekasih Allah apakah yang hendak kau lakukan, dan apakah yang ada di kedua tanganmu itu”, lalu Rabiatul Adawiyah semoga Allah meninggikan derajatnya disisiNya, “aku membawa bejana berisi Air dan Obor”, lalu sahabat tertegun dan bingung dengan apa yang dibawa sang Sufi tersebut seraya bertanya”Wahai Rabiatul Adawiyah  hendak kau apakankah kedua benda tersebut” lalu sang sufi itu menjawab”Ketahuilah wahai sahabatku aku membawa bejana berisi air aku ingin memadamkan neraka, supaya tidak adalagi orang yang beribadah karena takut dengan ap neraka sehingga orang beribadah karena cinta bukan karena takut, dan aku membawa api obor ini aku ingin membakar surga supaya tidak ada lagi orang yang beribadah karena ingin mendapatkan hadiah yaitu surga, aku ingin orang beribadah karena cinta bukan karena ingin mendapatkan sesuatu. begitulah keagungan cinta seorang Sufi wanita yang begitu mencintai Allah SWT azza wajalla Sang Kholik yang menjadi cinta sejatinya.
Itulah cinta versi Rabiatul Adawiyah, sufi terkenal itu.

Dan jatuh cinta bagiku sederhana saja. Kita bisa jatuh cinta dengan mudah, tanpa disengaja, tanpa disadari, dan terjadi begitu saja, bahkan bisa juga ternyata tanpa alasan!. Ya, namanya juga "jatuh". Seperti kita yang bisa saja jatuh terpeleset dari tangga, atau buah kelapa yang tanpa alasan jatuh mengenai kepala kita (waduh..). See, jatuh cinta itu sederhana saja, dengan ataupun tanpa alasan. Kita bisa jatuh cinta dengan seseorang karena wajahnya yang menarik, suaranya yang merdu, sikapnya yang santun, pemikirannya yang dewasa dan menarik, wawasannya yang luas, atau  gayanya yang cuek dan galaknya bukan main. Ada juga orang yang jatuh cinta pada mereka yang sosoknya berbeda. Itulah kemudian ada pepatah berbunyi bagai punguk merindukan bulan. Meski faktanya, ada juga bulan yang merindukan si punguk. :). Jatuh cinta ialah perkara misteri. Sama misterinya dengan kematian, atau takdir lain yang masih Allah tutup untuk kita. Tapi ada bagian  penting yang perlu diingat yaitu : ketika kita jatuh cinta, apakah yang akan kita lakukan selanjutnya? Jawaban pertanyaan ini bisa jadi indah, bisa jadi pahit, bisa jadi berbeda, tergantung bagaimana kita menjawabnya.

Bagiku perkara bangun cinta lebih perlu untuk dibahas daripada perkara jatuh cinta. Benar memang, kita bisa jatuh cinta, dengan atau tanpa alasan. Seperti juga kita bisa mendadak melupakan cinta yang tadinya membuat kita jatuh, dengan atau tanpa alasan.Disinilah sisi spesialnya :
Bangun cinta berbeda karena dia membutuhkan alasan, atau bisa juga keputusan membangun cinta itu merupakan alasan itu sendiri. 
Bagiku bangun cinta ialah suatu perbuatan yang serius, penuh pertimbangan, dan tidak semua orang siap, mau dan berada pada posisi itu : membangun cinta. Bangun cinta juga berarti siap mengambil resiko, berkorban, terluka, kehilangan, letih dan kesabaran yang panjang. Sebanding, karena bangun cinta juga berarti siap menerima kebahagiaan, kebaikan, kelapangan, kemudahan, dan juga kejutan tak terduga dariNya : si pemilik cinta. Ya, bangun cinta itu sesuatu yang lebih indah, karena dia bisa direncanakan. :)

Ada banyak cinta yang bisa kita bangun. Mulailah dari diri sendiri. Cintai dan bangunlah cinta terus pada diri sendiri. Aku tidak mengajarimu menjadi pribadi narsis. Tidak, tapi penerimaan yang baik pada diri sendiri, sungguh merupakan awal yang baik. Masih ada cinta lain yang lebih UTAMA. Cinta pada Allah. Bangunlah cintamu padaNya, dan percayalah itu tidak mudah, aku pun masih berupaya. Dari hal yang kecil saja, lalu istiqomah. Bukankah amal yang paling dicintaiNya ialah amal yang istiqomah. Dan walau hati kecil kita tau, cintaNya selalu hadir dalam setiap detail hidup ini. Masih saja rasa cinta itu sulit dibangun. Terkadang terhalang oleh penyakit hati, cinta dunia dan takut mati. Ada energi kebaikan yang harus kita jaga terus agar tidak padam, dan salahsatu jalannya ialah dengan belajar dan menyibukkan diri mencintaiNya.
Mencintai yang dicintai yang tercinta sama dengan mencintai yang tercinta. 
Cinta pada Rasulullah. Ini juga bisa tidak mudah, tapi bisa kita upayakan. Kita bangun cinta padanya, dalam setiap semangat dan rindu kita menyempurnakan sunnah, mengikutinya. Meski kita tak pernah melihatnya langsung, tetapi iman itu menjaga kita agar berupaya taat kepadanya, mengenal dan mencintai pribadinya, rahmat bagi seluruh semesta. Allah SWT saja mencintainya, dan shalawat atas namanya pun merupakan mahar cinta Adam pada ibunda Hawa.
Cinta pada AlQur'an. Dari sekian banyak taujih tentang keutamaan AlQur'an, intinya hanya satu. Waktu yang kita luangkan untuknya akan setara dengan apa yang kita dapatkan darinya. Ini tentang bagaimana menyederhanakan sesuatu yang terkadang terlihat agung dan rumit. Tilawah 1 juz sehari itu berat, tapi jika kita cicil dengan 2 lembar setiap selesai sholat, maka bab tilawah 1 juz ini : tuntas & mumtaz. Hapalan AlQur'an juga seperti itu. Satu halaman dihapal setiap minggu dan istiqomah jika terus rutin, kita akan menjadi hafidzah dalam waktu 12 tahun! Asal apa? rutin. Sederhana. Seorang hafidz, malah pernah menjelaskan padaku bahwa AlQur'an itu sebenarnya kebutuhan. Sesibuk apapun seharusnya jika butuh, dia akan kembali kepada AlQur'an. Kita sibuk bekerja, apa lantas kemudian berhenti untuk makan?. AlQur'an pun seperti itu. Sesederhana itu.
Cinta pada Orangtua/Suami
Inilah ketaatan yang diperbolehkan Allah kepada sesama makhluk. Bagi yang belum menikah, maka ketaatan itu penentunya ada di orangtua mereka. Bahkan sampai dia menikah, jika dia laki-laki, tetap ridho Ibunya yang harus dia cari (bukan istrinya). Berbeda jika dia perempuan dan sudah menikah, maka suaminya lah yang harus ditaatinya. Meskipun bisa jadi suaminya itu wajah baru dalam dunianya. Tapi, ketika akad halal itu sudah ternilai sah, maka tidak ada alasan baginya untuk tidak berbakti. Tentunya selama masih dalam koridor menaati perintah Allah dan Rasul.
Banyak orang mencari cinta, padahal mereka lupa, ada cinta lain yang telah mereka punya, sejak lama. Cinta yang selalu setia menanti mereka pulang, bersabar atas kesalahan, tak sungkan memaafkan dan mendoakan untuk kebahagiaan. Dan cinta itu ada, di sini, di rumah kita sendiri.
Cinta pada Sesama
Inilah perwujudan Rahman dan RahimNya Allah dalam akhlak seorang makhluk. Ada cinta yang harus dibangun pada sesama. Rasa cinta yang peduli, bermanfaat, berbagi, dan membahagiakan. Cinta tidak egois. Cinta tidak berarti kita menjadi sholehah sendiri. Cinta berarti membina diri kita dan orang lain, bersama-sama, mengengam erat tangannya ketika dia jatuh, dan juga memastikan bahwa kita tetap berpegang pada pegangan yang benar, andaikata topan badai itu nyaris menghempaskan kita keluar dari segala kebaikan cinta. Cinta selalu bisa diupayakan, dengan bertemunya jasad, fikroh dan tentu keimanan. Cinta semakin bersemi dengan pengorbanan, ketulusan, kado kejutan, sms perhatian, atau do'a yang panjang.  Seringkali juga membangun cinta itu, ada rasa : pahit. Karena tak semua senyuman yang kita lemparkan kita diberi balasan, atau kebaikan yang kita lakukan mendapat pujian. Itulah seninya, seni membangun cinta.

Setelah uraian yang panjang, bagiku nilai sebuah bangun cinta lebih berharga dibandingkan jatuh cinta. Jatuh cinta itu hanya awal, sedang bangun cinta ialah seperti apa langkah yang kita ambil setelahnya. Bangun cinta itu tindakan yang konkrit, jelas, dan serius. Dia memulai, mengambil inisiatif, melupakan, mengikhlaskan, membuktikan dan tidak membiarkan menunggu.
Bangun cinta seharusnya tidak melukai, tapi menjaga, tidak gampang marah tapi sabar dan memaafkan atas prosesnya, dan tidak membuatmu patah dan sedih, tapi membahagiakan.
Bangun cinta bukan teori, ia harus dimulai dan dibuktikan. Bangun cinta memang butuh perencanaan, tapi tidak bisa juga terlalu rumit, bisa disederhanakan dengan segera mengerjakan, karena bangun cinta tidak mengenal kata : penundaan.

Cinta itu universal, kataku pada seorang teman. Resiko memang, jika yang bicara cinta itu wanita belum menikah sepertiku. Publik akan turut ramai membicarakannya, seakan-akan semua cinta itu hanya bermuara padanya : pada pernikahan. Ok, bagian ini penting, mungkin kelak jika aku berhasil membangunnya aku akan menceritakannya kepadamu. Someday, jika Dia dan dia, berkenan.
Semoga kita berhasil membangun cinta kita, di jalan yang benar, dengan cara yang benar, bersama orang yang benar, dan tentu niat yang benar.

Akhir kata : ijinkan aku menggubah salah satu lagu GALAU yang sedang tren ini, menjadi tidak GALAU:
Aku terjatuh, dan ku bisa bangkit lagi...
Aku tenggelam dalam lautan kebaikan...
Aku tersesat dan ku tahu ada jalan pulang...Aku tanpamu.... biasa saja...
Aku tanpamu..... tak apa-apa...
Bingung? Anggap saja kalian sedang membaca versi cinta yang berbeda, dariku.
@baitijannati
Note :
Sumber Kisah Rabiatul Adawiyah : http://filsafat.kompasiana.com/2010/02/23/rabiatul-adawiyah-sang-sufi-pembawa-cinta-sejati/

0 komentar

Posting Komentar