Pages

priBotTab2

Senin, 16 Januari 2012

Trik Nabi Menghindari Maksiat



Nabi s.a.w berahlaq mulia, tidak hanya pandai memanaj perutnya dengan banyak berpuasa. Beliau juga mampu mengatur mripate (kedua matanya) dari pandangan maksiat. Sesekali Nabi mengingatkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga mata dengan cara Ghodul Bashar. Dengan kata lain, kita dituntut mampu mengendalikan mata dari pandangan-pandangan nakal (maksiat) yang bisa menganggu kejernihan hati dan jiwa serta kecerdasan intelekktual (fikiran).
Ghodul Bashar (menjaga pandangan), ini berlaku untuk kaum lelaki dan wanita, bukan hanya bagi kaum lelaki. Berdasarkan keterangan Nabi, beliau pernah kedatangan seorang sahabat yang bernama Umi Maktum yang buta. Ketika Umi Maktum hendak memasuki daleme (rumah) Kanjeng Nabi, siti Aisah minta izin kepada baginda Nabi untuk menemuinya. Ternyata pada waktu itu Nabi tidak mengizinkanya, dengan alasan; walaupun Umi Maktum seorang yang buta tetapi Siti Aisah tetap bisa melihatnya.
Berangkat dari kisah di atas, larangan Ghodul Bashar tidak hanya dikhususkan kepada kaum lelaki. Hendaknya kaum wanita juga melakukan Ghodul Bashar, dengan cara merundukan kepala ketika sedang berjalan agar tidak banyak bertatapan dengan kaum pria. Memakai Hijab atau cadar adalah salah satu cara menghindari fitnah dan diminimalisir maksiat mata kaum pria. Ini, bisa dilakukan oleh kaum pemuda dan remaja putri, karena dorongan nafsu yang masih kuat. Namun, fenomena yang berkembang di belahan negara yang berpenduduk muslim, kebanyakkan tidak mengunakan cadar, Hijab, atau kerudung jilbab. Kondisi seperti ini membuat kita semakin sulit untuk menghindarinya. Baginda Nabi seolah-olah sudah bisa menangkap sinyal, bahwa umatnya dikemudian hari akan hidup ditenggah-tenggah budaya sekuler dan terbuka.
a. Pendekatan Menikah
Agar tidak terlalu terjerumus pada maksiat mata, Nabi menyarankan agar menikah. Dan, ini adalah terobosan baru, beliau memberikan trik khusus untuk menghindari maksiat mata, berdasarkan keterangan hadisnya yang berbunyi”
يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج . فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج . ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء )رواه البخاري رقم 4778 )
Wahai para pemuda..! barang siapa diantara kalian sudah (Mampu) memasuki waktu menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah itu mampu menghindari maksiat mata, dan menjaga dari maksiat kemaluan.
Beberapa Trik Nabi yang ditawarkan, merupakan cara untuk meminimalisir maksiat serta demi kemaslahatan pengikutnya;
  • Pertama Ghodul Bashar atau merundukan kepala; cara ini diakui oleh baginda Nabi sangat berat, bukan berarti tidak mampu kita lakukan. Akan tetapi diperlukan perjuangan serta latihan dengan intensif, agar mata tidak terbiasa tolah toleh (jelalatan) atau atau melotot melihat wanita dijalan cantik disekitarnya, atau di Audio, seperti TV, Video, Kamera dll.
  • Kedua: cara yang kedua dengan berpuasa (manajemen perut). Puasa juga menjadi solusi terbaik di dalam mengurangi dorongan nafsu biologis. Dengan demikian, matapun tidak blagaran (jelalatan) seperti biasanya. Kendati demikian, kemaksiatan mata sangat sulit untuk dikendalikan, kecuali senantiasa mengingat Allah swt.
  • Ketiga; Menikah, cara ketiga ini sangat mujarab serta penting untuk dilakukan agar manusia tidak terus menerus melakukan pelangaran mata. dengan menikah nafsu bilogis bisa tersalurkan dengan halal, mata-pun juga terkurangi tensi maksiatnya. Hanya haja tidak semua orang bisa melakukanya dengan baik. Karena kondisi dan situasi lingkungan tidak mendukung sehingga aktifitas maksiat mata masih belum maksimal untuk menghindarinya.
b. Trik Aman Menghindari Maksiat.
Tidak semua orang yang bersuami atau beristri mampu meredam gelora nafsunya dengan baik sesuai dengan tuntunan Agama. Potensi maksiat mata ternyata tidak kenal waktu, tempat dan usia. Menikah, Ghodul Bashar serta berpuasa kadangkala belum mampu meredamnya. Hanya saja, tensi maksiatnya berkurang. Untuk menyelamatkan umatnya, kanjeng Nabi memberikan cara lain, dengan tujuan agar umatnya selamat dunia dan akhirat serta bahagia di dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Cara ini sangat efektif, sebagaimana hadisnya yang berbunyi ”
Dari Jabir, sesungguhnya Nabi saw pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab, lalu beliau tumpahkan hasrat dan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar dan bersabda, “Wanita, kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa setan….Bila seseorang di antara kamu melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia datangi istrinya, karena pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu.” (HR Tirmidzi).
Kandungan hadis ini mengisaratkan, bahwa memandang wanita bisa menimbulkan fitnah, lebih-lebih yang dipandang berparas ayu serta berpenampilan mengoda. Kondisi bangsa Indonesia, serta pola hidup dan budaya serta busana sangat mendukung untuk bermaksiat, belum lagi faktor lainya. Nabi menyarankan kepada kaum lelaki atau wanita untuk tidak berpaling dari pasanganya. Manakala seorang istri atau suami melihat lawan jenisnya, kemudian nafsu biologisnya muncul, hendaknya mendatangi istrinya, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, seseorang akan selamat, dan tidak jatuh pada propaganda nafsunya serta nyayian syetan.
Maraknya perselingkuhan fisik, karena banyak faktor, salah satunya dikarenakan ketidak puasan seseorang dengan pasangannya. Disisi lain, faktor nafsu yang tidak terkendali serta mata yang tidak terjaga (tatapan genit) serta kondisi yang sangat jauh dari nilai-nilai luhur islam. Sedangkan perselingkuhan hati diakibatkan karena tidak mampu menerima kenyataan, sehingga kecenderungan bermain-main dengan pasangan orang lain muncul.
Ada kalanya yang menoba-coba. Pada hakekatnya; semua di picu oleh dangkalnya pengetahuan Agama serta lemahnya keimanan dan ketaqwaan seseorang. Boleh jadi,orang selingkuh itu karena kondisinya mendukung, sehingga masing-masing tertarik, dan kemudian masuk dalam perangkap setan. Yang akhirnya rusaklah ketentraman bahtera rumah tangga yang dibangun di atas cinta.
c. Amal Penghapus Dosa.
Kemaksiatan yang dilakuan manusia menjadikan Allah tidak ridho, atau menajadikan manusia semakin jauh dari rahmat-Nya. Apalagi jarang menjalankan perintah-Nya; seperti sholat puasa, sedekah, bahkan mengingat-Nya juga jarang dilakukan, apalagi beramal sholeh. Dengan demikian, manusia nyaris dalam jurang kehancuran karena kemaksiatan. Namun, jika manusia senantiasa mengingat-Nya kembali, kemudian rajin beribadah; baik mahdoh (wajib) atau nawafil, maka Allah juga mengingat kita.
Semua bentuk amal sholeh, baik yang mahdhoh atau sunnah ternyata mampu menjadi penghapus dosa-dosa kecil. Sedangkan dosa-dosa besar, hanya bisa terhapus dengan taubat Nasuha. Allah berfirman QS.Huud 114.
Artinya ” Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Imam al-Hafid Ibnu Katsir menerangkan di dalam tafsirnya. Suatu saat datang seorang laki-laki kepada baginda Nabi, ia menyampaikan perihal dirinya yang tegila-gila dengan seorang wanita, ia telah melakukan pelangaran-pelangaran, kecuali berzina. Laporan ini menjadi Asbabun Nujulnya surat Huud ayat 114. Ahirnya, merasa kecewa dan bertaubat. Karena merasa getun dan menyesal, maka orang itu menanyakan kepada Nabi. akhirnya Allah menjawabnya “ sesungguhnya kebaikan bisa mengapus dosa-dosa kecil’’. Dzikir, istigfar juga menjadi bisa penghapus, karena semuanya dikategorikan amal baik. Nabi mencontohkan dengan ’’ لاإله إلا الله adalah sebaik-baik dzikir. Dengan catatan, semuanya dilakukan dengan tulus dan ihlas.
Kendati demikian, seseorang yang melakukan kemaksiatan atau pacaran dengan disengaja, atau direncanakan, itu termasuk jenis dosa yang terencana. Sedangkan isarat ayat di atas adalah melakukan dosa yang tidak direncanakan, dan akhirnya bertaubat. Sedangkan fenomena yang berkembang sekarang saat ini, orang melakukan maksiat dengan rencana matang. Bahkan terkesan disengaja, yang kemudian prakteknya diulang-ulang. Yang diharapkan ayat diatas tidaklah demikian.
Ayat diatas didukung oleh hadis Nabi dengan redaksi yang berbeda-beda, tetapi maksud dan tujuanya adalah sama; yaitu kebaikan yang telah dilakukan akan menghapus kesalahan dan dosa.
عن أبي ذر ان النبي صلى الله عليه وسلم قال له : اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن (رواه أحمد رقم 21392 )
Di riwayatkan dari Abi Darr, sesungguhnya Nabi SAW berpesan kepadanya:” bertaaqwalah engkau kepada Allah dimana saja berada, dan ikutilah kejelekan itu dengan amal kebaikan, sebab amal baik itu bisa menghapusnya. Berbudi pekertilah di depan manusia denga budi pekerti yang indah (HR. Ahmad)
Semua bentuk amal sholeh mampu menghapus dosa, baik bersifat wajib, sunnah. Semakin banyak beramal sholeh, semakin banyak pula dosa yang terhapus, semakin sedikit amal baik, potensi dosa semakin tinggi. Begitulah, keagungan Allah swt, serta harapan Nabi terhadap pengikutnya; selamat didunia dan akhirat.
Semoga, pada ahir tahun ini semua bisa merenungi kesalahan-kesalah yang pernah dilakukan dan berusaha memperbaiki. Selanjutnya, berlomba-lomba berbuat baik, untuk mengaapi ridho-Nya, yang kemudian berimplikasi pada kebaikan bangsa Indonesia.

sumber : http://filsafat.kompasiana.com/2009/12/26/trik-nabi-menghindari-maksiat/

0 komentar

Posting Komentar