Pages

priBotTab2

Senin, 16 Januari 2012

Mengenangnya (di dalam) dirimu..

Awal pertemuanku denganmu, jujur biasa saja. Hanya pernah berjumpa sekali dua kali, itu pun seingatku tanpa senyummu. Awalnya agak takut dan susah rasanya menebak orang seperti apa engkau. Dan ternyata perasaan tidak nyaman itu belum cukup. Dalam lisanmu tanpa sengaja pernah kudengar meluncur perkataan yang menurutku tidak 'ahsan', lebih-lebih karena yang engkau bicarakan itu ialah  salah satu sahabat qur'ani terbaikku. Kau katakan kau tak cocok dengannya, dan aku pun berhenti pada sikap 'diam' untukmu.

Kemudian kita 'bertengkar' 1x, tepatnya berdebat, kita saling memotong pembicaraan dan aku pun kembali pada sikap 'diam'. Dan mungkin engkau belum tau :  diamku sering berarti marah. Seiring berjalan waktu, beberapa kali kita satu 'perahu', tapi tetap saja perasaan tak nyaman itu hinggap. Entahlah, selalu saja ada sikap dan katamu yang salah di mataku. Mungkin karena kesan pertama kita yang buruk, atau mungkin karena aku masih tak terima akan pendapatmu mengenai sahabatku, atau mungkin alasan-alasan dan prasangka buruk yang dibisikkan setan dalam hatiku...Tetap saja, aku tak bisa sepenuhnya mencintaimu, seperti aku mencintai dia, atau saudari-saudari kita yang lain. Bagiku, selalu saja ada yang salah.

Dan bagimu pun, aku punya banyak kesalahan. Jelas terucap, begitu nampak, ada 1001 kekecewaan dan ketidakterimaanmu atas sikap kita yang sering kali berseberangan. Dan ketika marahku terhenti lagi pada "diam", detik itu juga, pandanganku padamu tak tergoyahkan, apapun yang engkau lakukan sepertinya sama saja bagiku. Ah, terkadang aku keras kepala, engkau pun begitu. Nah, aku pun masih saja menyalahkanmu...

Aku sadar, ini salah..Bukankah itu aku, yang selalu mengatakan : "Latih diri melihat 1001 kebaikan yang ada pada diri saudaramu". Ya, itu aku, yang selalu dengan mudahnya menaruh decak kekaguman pada semua orang. kecuali padamu, entahlah mengapa rasanya susah. Aku bingung, seperti nya ini bukan aku, atau justru ini aku yang sebenarnya? Aku buat list, beragam cara agar bisa mencintaimu, tapi belum bisa.. Kemudian aku berpikir : "mengapa rasanya masih susah?" Apakah segala kelebihanmu yang membuat hati ini dengki?

Bukankah itu kamu, yang dalam setiap malammu ada tahajud..
bahkan tahajudmu bukan cuma untukmu, tapi juga untuk kami, untuk kita? Mungkin juga untuk aku, partnermu yang "bandel" ini..
Bukankah itu kamu, yang senin kamisnya hidup dengan shaum?
Bukankah itu kamu, yang berjibaku melawan segala tekanan aktivitas dan masih mau meluangkan waktunya sungguh-sungguh berjuang bersama kami?
Bukankah itu kamu, yang sms taujihnya mampir dalam inbox hp, bahkan lebih dari 1 x dalam setiap minggunya?
Bukankah itu kamu, yang berkejar-kejaran dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain? Mungkin engkau yang paling "mobile" dari kita semua..
Bukankah itu kamu, yang pusing tujuh keliling memikirkan agenda da'wah ke depannya, sedang aku? jika sms syuro itu datang seringkali masih sibuk dengan urusan pekerjaan?
Dan bukankah itu kamu.... yang menangis karenaku, karena ketidakamanahanku, karena kecerobohanku menghadapi waktu?
ya, itu memang kamu...
dan sampai saat ini pun lisan masih enggan menyatakan "maaf"..


Ampuni aku ya Allah..lembutkan hati ini..
lembutkan hati ini..lembutkan hati ini..lembutkan hati ini..
yang pernah membiarkan marah itu, dengki itu hinggap di hati
aku memang tidak sehebat dia, tidak setangguh dia, tidak semujahadah dia...
dan mungkin karena itulah..rasa tidak pantas ini hadir..
mungkin..aku IRI atas semua perjuanganmu selama ini, iri karena aku tidak seoptimal kamu...

atau aku hanya tak terima kamu, dengan mudahnya menggantikan dia..
mungkin aku hanya lupa, segala sesuatu sudah ditulis di kitabNya yang nyata..

Bukankah sudah ditulis, seharusnya itu aku yang berjuang bersamamu..
mengenggam tanganmu erat, menyerahkan badannya penuh sebagai perisaimu, sebagai penolongmu, sebagai sahabat setia, seharusnya itu aku..
hanya saja mungkin sekarang aku..khilaf...

Maafkan aku, saudariku..
Akhirnya matahatiku terbuka..kulihat bayangNya dan dia dalam dirimu..
akhirnya kutemukan alasan mencintaimu..seperti aku mencintainya..
Dia dengan segala taujihnya yang senantiasa terngiang..dia sang pendengar setia..
Dia yang membentukku dari awal hingga bisa semoga bisa terus se-istiqomah ini..
Dia, syekh, sahabat, ibu, pemimpin..
Ya, engkau mirip dia, ternyata...karena kalian ditempa madrasah ilmu yang "sama"
Ya, kini kutemukan cara mencintaimu..yaitu dengan mengenangnya di dalam dirimu...:)
Ya Allah, berikan yang terbaik untuknya, sayangilah dia, jagalah dia, tabahkan dia, lembutkan hatinya, kuatkan dia, jadikan dia bidadari dunia dan bidadari akhirat...
Aku mencintainya ya Allah...

0 komentar

Posting Komentar