Pages

priBotTab2

Selasa, 27 Maret 2012

Tanya Kenapa : Menolak = Memilih

Terinspirasi oleh pembicaraan ringan dengan seorang ustadzah :
"Ikhwan itu menang milih, Akhwat itu menang nolak!"
Coba tebak, apa tanggapan sahabat kampusku, ketika pernyataan ustadzah itu aku replay ulang :
"Nolak?! Ada yang milih aja sudah alhamdulillah... Satu aja.."
Geli sekaligus miris : Iya ya..
Tapi menurut pendapatku..Akhwat itu juga berhak milik kok. sebagaimana ikhwan juga berhak nolak! *Nah lho
Tentu, akhwat menang memilih
Jika yang datang padanya ialah lelaki yang tidak jelas maksudnya..
tidak baik akhlaknya..tidak baik agamanya..tidak santun tutur katanya...tidak hormat pada orangtuanya..
Tentu, akhwat berhak memilih..
karena pilihannya menentukan masa depannya
karena pilihannya merubah hidupnya..
karena yang dia pilih ialah lelaki yang akan menjadi imamnya, penentu ridhoNya..
ayah bagi anak-anaknya, teman dalam seperjuangannya, yang akan berbagi peran dengannya..
Tentu, dia tidak boleh sembarangan memilih..
Bagiku, kata "menolak" dan "memilih" itu maknanya sama saja
hanya saja mungkin menolak terdengar lebih kasar, dan memilih sepertinya pilihan kata yang lebih halus
Bukankah jika ada seseorang yang menolak itu sama saja dia memilih untuk tidak menerimanya ..?
Dan seseorang yang memilih sebenarnya menolak untuk melepaskan tawaran yang diajukan padanya ..?
So ..for me  MENOLAK = MEMILIH
Studi kasus :
Seorang ikhwan dikatakan menang memilih..tapi ya namanya memilih hanya boleh satu kan...berarti sama saja beliau menolak membuka hati untuk mereka yang bukan pilihannya
seorang akhwat menang menolak..itu juga bisa juga berarti akhwat tersebut telah memutuskan untuk memilih orang lain yang lebih sreg di hatinya... So, apa bedanya menolak dengan memilih ..?

Wahai ikhwan, sekedar menyampaikan saja..
Akhwat juga berhak memilih sebagaimana ikhwan..
Ikhwan juga berhak untuk menolak sebagaimana akhwat..
sama saja..
Akhwat berhak memilih dan dia memang harus extra memilih..
Bayangkan jika posisi kalian adalah seorang akhwat..yang sudah terbiasa hidup aman sentosa dengan keluarganya, kuliahnya, pekerjaannya, teman-temannya, dan kehidupan pribadinya..
kemudian tiba-tiba muncul seorang ikhwan yang bisa jadi tanpa direncanakan sebelumnya..
bahkan akhwat ini tidak sama sekali mengenalnya...
dan ikhwan ini yang akan menggantikan posisi ayah-ibunya sebagai imam..
dan bukan hanya dia..ikhwan ini punya ibu, yang harus dicintainya seperti ibunya sendiri..
ikhwan ini punya ayah, yang harus dihormatinya seperti ayahnya sendiri...
Entahlah..sometimes for me..meskipun kedengaran menyenangkan dan full of ibadah
PERNIKAHAN itu seperti sebuah kosakata baru yang berat, seberat perjanjian yang teguh..
ya iyalah ..hal indah apa yang dinilai dengan setengah agama..
saking sakralnya...
Ramadhan tahun lalu, entah kenapa..ketika mengandeng tangan mama tarawih ke masjid..
pikiranku melayang..ramadhan tahun depan..apakah bisa :
tanagn kananku mengandeng mama, tangan kiriku mengandeng tangan ibu mertua..
bersama, berlomba menuju majelis-majelis ilmuNya..
Just wondering..bagaimana kalau dia yang telah ditulis..
ialah orang luar kota, lalu aku mengikutinya pindah kota..
meninggalkan mama, jauh dari papa..
tak terbayangkan..
bukan masalah kangennya, bukan karena manjanya..
tapi lebih karena selama ini sudah merasa enjoy menjalaninya..


Dilihat dari segi ikhwan juga wajar saja..ikhwan berhak menolak..
menolak wanita yang mungkin dalam penilaiannya tidak sesuai dengan kriterianya..
tidak siap menjadi ibu dari anak-anaknya..tidak siap memahami aktivitasnya..dan segala alasan lainnya..

Well, apapun itu..ya itulah tantangannya namanya juga setengah agama :)
karenanya wajar kan jika akhwat berhak memilih untuk kepentingan akhiratnya...

Pada intinya, tetep saja harus kembali ke kaidah awal..kita tidak pernah punya opsi memilih/menolak..
Memilih atau menolak sama saja karena jodoh bahkan sudah ditulis bersamaan dengan kelahiran kita!

0 komentar

Posting Komentar