Pages

priBotTab2

Sabtu, 15 Desember 2012

Tentang Taddabur :)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sahabat-sahabat sekalian yang berbahagia,

Sebagaimana kita ketahui, Al Quran merupakan karunia Allah swt yang amat berharga. Maka sudah semestinya kita bersyukur kepada-Nya atas karunia ini. Dalam artikel sebelumnya kita sudah membahas salah satu tahap untuk mensyukuri nikmat-Nya itu, yakni tilawah Al Quran, membaca Al Quran dengan baik. Sekarang mari kita bahas tahap kedua, yang memiliki nilai yang lebih tinggi dari tilawah, dan dapat memberi dampak yang amat besar bagi kehidupan seseorang, yaitu tadabbur Al Quran.
Menurut Dr. Khalid bin Abdul Karim Al Lahim (asisten profesor bidang Al Quran dan ilmu-ilmunya di Universitas al Imam bin Muhammad bin Sa'ud al Islamiyyah, Saudi Arabia), tadabbur artinya memikirkan dan merenungkan ayat-ayat Al Quran untuk mendapatkan pemahaman, kandungan makna, hikmah-hikmah, dan maksud dari ayat-ayat tersebut.

Dalam Al Quran disebutkan bahwa Allah swt menurunkan Al Quran ini untuk agar manusia malakukan tadabbur.

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَ‌كٌ لِّيَدَّبَّرُ‌وا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ‌ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿٢٩

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (man-tadabbur-i) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran." (Shad : 29)

Inilah tujuan diturunkannya Al Quran. Betapa keliru orang yang menganggap bahwa bagi seorang muslim cukuplah membaca Al Quran tanpa merasa perlu merenungi maknanya. Sayangnya, banyak di antara saudara-saudara kita yang bersikap seperti ini.

Tadabbur dan Kekuatan Jiwa


Saat kita diundang untuk menghadiri resepsi pernikahan, pernahkah kita datang tanpa peduli baju apa yang sedang kita pakai?Tentu saja tidak. Kita pasti mencari baju yang paling pas untuk acara pernikahan. Kita malu kalau sampai tampil beda lalu jadi bahan ejekan orang lain. Itulah sifat manusia normal, selalu ingin untuk diterima oleh lingkungannya. Merupakan beban mental yang amat berat untuk berbeda dengan lingkungan.

Sekarang marilah kita renungkan saat pertama kali Rasulullah saw menerima wahyu dan diperintahkan untuk menyampaikannya ke publik. Beliau mendapat mandat dari Allah swt untuk menyampaikan ajaran tauhid. Ajaran ini tidak hanya berbeda, bahkan berteolak belakang dengan prinsip hidup kaumnya yang menyembah berhala. Bayangkan betapa berat beban mental yang harus beliau pikul. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad dari Ibnu Abbas ra diceritakan, setelah  Rasulullah saw menerima perintah

وَأَنذِرْ‌ عَشِيرَ‌تَكَ الْأَقْرَ‌بِينَ
"Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat" (Asy Syu'ara`:214)

Beliau naik ke bukit Shafa, lalu menyampaikan peringatan kepada kaumnya agar mereka takut kepada siksa Allah dan berhenti dari kekufuran mereka. Saat itulah Abu Lahab melontarkan umpatan yang tajam, " Binasa sepanjang hari kau Muhammad, apa cuma buat ini kau panggil kami?". Lalu turunlah surat Al Masad yang mencela Abu Lahab
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa" (Al -Masad:1)
Inilah salah satu ujian yang mesti dialami Rasulullah saw, dipermalukan oleh kerabat beliau sendiri di depan publik. Kalau kita menelusuri sejarah, maka kita akan menemukan berbagai ujian lain yang lebih berat. Rasululullah saw pernah dicekik, dilempari kotoran hewan saat sedang sujud, dilempari batu sampai kaki beliau berdarah, bahkan diboikot secara ekonomi hingga beliau sekeluarga terpaksa mengungsi di perbukitan selama 3 tahun. Beliau pun diolok-olok sebagai orang gila, juga disebut “Al Abtar (yang hina dan terputus namanya)” karena semua anak laki-laki beliau wafat semasa kecil. Sebagian sahabat beliau disiksa dan sebagian lagi dibunuh, hanya karena mereka mengikuti Nabi saw. Pernah juga beliau mendapat tawaran yang sangat menggoda dari kaum kafir Makkah.
Akan tetapi, sejarah membuktikan bahwa mental Nabi saw dan para sahabat beliau lebih kokoh dari apapun. Mereka tidak goyah, hinnga akhirnya Allah swt memberikan jalan kemenangan. Bagaimana bisa mereka mampu bertahan?Apa kuncinya?
Kalau kita telusuri ayat-ayat Al Quran yang pertama kali diturunkan, kita akan jumpai bahwa di antara lima kumpulan ayat  yang paling awal diturunkan adalah kumpulan ayat di awal Surat Al-Muzzammil, yang di dalamnya terdapat perintah untuk salat di malam hari (ayat 1-4), membaca Al Quran dengan perlahan-lahan (ayat 4), ada penjelasan bahwa waktu malam itu lebih pas situasinya untuk khusyu' dan menangkap kesan dari bacaan (ayat 6), perintah untuk berdzikir dan beribadah dengan tekun kepada Allah (ayat 8), berserah diri kepada-Nya (ayat 9), serta bersabar (ayat 10).

Dengan demikian, kunci kekokohan mental Rasulullah saw adalah kuatnya hubungan jiwa dengan Allah yang merupakan efek dari aktivitas rutin salat malam yang di dalamnya Al Quran dibaca perlahan-lahan dengan tadabbur. Dari ayat-ayat itupun kita tahu bahwa tujuan perintah membaca Al Quran dengan perlahan-lahan saat salat di malam hari tidak lain adalah agar pembaca dapat dengan mudah meresapi makna Al Quran dan menangkap kesan bacaannya. Karena itu, tadabbur Al Quran merupakan aktivitas yang sangat efektif meningkatkan kekuatan mental kita dalam menghadapi tantangan perjuangan.

Tadabbur, Sulitkah?

Sebagian orang menganggap bahwa tadabbur itu sulit karena untuk bertadabbur harus menjadi pakar dulu. Memang benar dalam Al Quran terdapat ayat-ayat yang hanya bisa dipahami oleh para pakar. Contohnya adalah ayat-ayat tentang hukum. Ada juga ayat-ayat yang bisa dipahami oleh orang Arab karena mengandung gaya bahasa Arab. Bahkan, ada ayat-ayat yang hanya dipahami oleh Allah swt. Akan tetapi, ayat-ayat seperti ini jumlahnya sedikit. Sebagian besar ayat Al Quran berisi peringatan, kabar gembira, kisah-kisah,  pelajaran tentang Allah dan hari akhir, yang semua itu mudah dipahami oleh kebanyakan orang karena begitu jelas dan eksplisit.
Empat Tanda Tadabbur

Bagaimana tanda bahwa kita sudah bertadabbur dengan baik?Berikut ini empat tanda tadabbur yang baik.

1. Khusyu`
Khusyu` maksudnya selarasnya lidah dengan pikiran. Saat  membaca Al Quran, tidak layak bila lidah kita membaca tapi pikiran mengembara ke mana-mana. Kita mesti menyelaraskan hati dan lisan, mengucapkan kata disertai penuh perhatian.  Inilah sikap orang-orang yang mendapat predikat sebagai hamba-hamba Ar-Rrahman, yang kelak mendapatkan kebahagiaan :

وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُ‌وا بِآيَاتِ رَ‌بِّهِمْ لَمْ يَخِرُّ‌وا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا ﴿٧٣

Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al Furqan:73)

Allah swt memberi perumpamaan untuk kita bagaimana mestinya sikap kita saat berinteraksi dengan Al Quran. Allah swt berfirman,

لَوْ أَنزَلْنَا هَـٰذَا الْقُرْ‌آنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَ‌أَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّـهِ ۚ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِ‌بُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُ‌ونَ ﴿٢١

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (Al Hasyr:21)

Gunung yang tinggi dan kokoh itu akan tunduk terpecah-belah karena merasa takut kepada Allah saat menerima Al Quran. Bagaimana dengan hati kita? Apakah hati kita begitu tinggi, melebihi tingginya gunung, sehingga kita tidak merendahkan diri di hadapan Allah saar membaca Al Quran? Ataukah hati kita begitu keras sehingga tidak retak sedikitpun saat berbenturan dengan peringatan-peringatan Allah dalam Al Quran?

2. Menangis

Hamba-hamba Allah yang mengetahui keagungan firman-Nya dan menangkap makna dan kesan di dalamnya tidak akan kuasa menahan air matanya. Jiwanya akan menemukan percampuran antara haru, kagum, cemas, dan harap, dengan keindahan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Dalam surat Al Maidah, Allah swt memuji para pendeta dan rahib Nasrani yang tidak menyombongkan diri. Allah swt menceritakan ekspresi mereka saat mendengar Al Quran :

وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنزِلَ إِلَى الرَّ‌سُولِ تَرَ‌ىٰ أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَ‌فُوا مِنَ الْحَقِّ ۖ يَقُولُونَ رَ‌بَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ ﴿٨٣

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s. a. w.).

Mereka mencucurkan air mata karena menemukan kebenaran Al Quran berdasarkan apa yang selama ini mereka ketahui dari kitab-kitab mereka sendiri. Ada perasaan bahagia, kagum, dan haru. Lalu mereka pun dengan merendahkan diri di hadapan Allah menyatakan beriman dengan apa yang mereka dengar.

Dalam surat Maryam, setelah menceritakan kisah Zakariya dan Yahya, Maryam dan putranya, Ibrahim dan bapaknya, Musa dan Harun, Ismail, dan Idris, Allah swt  melukiskan sikap mereka saat mendengar ayat-ayat-Nya dibacakan :

أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّـهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن ذُرِّ‌يَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّ‌يَّةِ إِبْرَ‌اهِيمَ وَإِسْرَ‌ائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا ۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّ‌حْمَـٰنِ خَرُّ‌وا سُجَّدًا وَبُكِيًّا ۩ ﴿٥٨

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (Maryam : 58)
Demikian pula Rasulullah saw. Suatu hari beliau meminta Abdullah bin Mas'ud ra untuk membaca Al Quran. Lalu Ibnu Mas'ud ra pun membaca surat An Nisa' dari awal hingga ayat

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَـٰؤُلَاءِ شَهِيدًا

Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (An Nisa` : 41)
Nabi bersabda, "Cukup bagimu sekarang". Ibnu Mas'ud ra pun menoleh kepada Nabi saw, ternyata beliau berlinang air mata. (riwayat Al Bukhari dan Muslim)

3. Berdialog dengan Al Quran


Menurut Imam al Ghazali, salah satu etika yang baik dalam membaca Al Quran adalah seseorang merasa bahwa Al Quran sedang berbicara dengan dirinya. Apabila Al Quran bertanya, ia pun menjawab. Apabila Al Quran menyuruh, ia pun merespon. Membaca Al Quran membuat seseorang berdialog dengan Al Quran.

Rasulullah saw memberi contoh bagaimana berdialog dengan Al Quran. Imam Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah ra, beliau berkata, "Aku shalat bersama Nabi saw pada suatu malam, kemudian beliau membaca surat Al Baqarah, an Nisa`, dan Ali Imran. Beliau membacanya dengan perlahan-lahan. Jika beliau membaca ayat yang mengandung tasbih, beliau bertasbih kepada Allah swt. Jika membaca ayat yang berisi doa, beliau segera berdoa, dan jika membaca ayat memohon perlindungan, maka beliau segera memohon perlindungan kepada Allah swt. "

Contoh lainnya diceritakan oleh Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi saw jika membaca
سَبِّحِ اسْمَ رَ‌بِّكَ الْأَعْلَى ﴿١
"Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tingi" (Al A'la :1)

beliau mengucap,
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
"Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi"


Demikianlah mestinya seorang muslim membaca Al Quran. Ia selalu tanggap dengan ayat yang dibacanya, dan berprasangka bahwa ayat itu sedang berbicara dengan dirinya. Saat ia bertemu dengan ayat

وَتُوبُوا إِلَى اللَّـهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿٣١
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung." (An Nur:31)

maka ia segera mengingat dosa-dosanya selama ini, menyesalinya, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

4. Bertambah Iman
Iman itu bertambah dan berkurang. Bagi orang yang beriman, Al Quran memiliki dampak positif terhadap keimanannya. Allah swt berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ‌ اللَّـهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَ‌بِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿٢
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.  (Al Anfal :3)

Dalam Al Quran banyak terdapat kisah para Nabi dan perjuangan mereka. Misalnya ada kisah Nabi Ayyub, yang bersabar menanggung musibah penyakit, kemudian Allah swt menyembuhkan penyakitnya dan mengembalikan keluarganya yang telah terpisah. Seorang mukmin sejati apabila membaca kisah ini, bertambah keyakinannya bahwa kesabaran itu akan membuahkan kebahagiaan. Dalam Al Quran juga banyak ayat yang menggambarkan hari kiamat. Perenungan akan ayat-ayat itu mestinya menambah iman kita dan menambah usaha kita untuk mempersiapkan diri kita menghadapi hari kiamat itu.

Sudahkah kita iringi bacaan Al Quran kita dengan tadabbur?
Sumebr : website KAMMI jepang

0 komentar

Posting Komentar