Bismillah..
Diambil dari sebuah blog :)
===
Mahasiswa semester awal, maupun yang sedang sibuk skripsi. Baru niup
lilin sweet seventeen maupun yang sudah ditanya ‘kapan menikah?’. Suatu
saat pasti mengalami masalah ini; saat seorang ikhwan, atau setengah
ikhwan, atau seperempat ikhwan, hanif, cowok biasa, cowok metal, atau
cowok sinting tiba-tiba bersikap berbeda dan membuatmu bingung.
Ada rasa tidak suka bahkan muak, tapi tak pantas diperlihatkan. Ada
penolakan secara halus, tapi dia nggak ngerti-ngerti. Ada jalan lurus
penuh rahmat Allah, tapi sungguh… ini godaan yang berat ketika dia
didepan mata. Saya tidak mengajari bagaimana mengelola hati, karena saya
sendiri masih pontang-panting. Meski akhir-akhir ini sobat saya dan
saya agak terheran-heran dengan ‘beku’nya hati saya. Mungkin karena saya
sangat menikmati pekerjaan saya saat ini. Mungkin juga karena saya
punya idealisme yang mengalahkan perasaan lain. Saya Cuma berbagi cerita
dan pengalaman dari teman-teman yang lebih dulu menghirup udara di
dunia ini.
Jika dia SMS padahal kamu tidak menginginkannya. Balas SMS-nya
paling cepat setengah jam setelah itu. Jika kamu langsung membalasnya,
dia akan tahu bahwa kamu sangat antusias dengan SMS-nya. Kecuali SMS dia
tertulis seperti ini, “tolong! Badanku tergantung di jendela lantai
20,” mungkin ada kulit pisang yang terinjak olehnya hingga dia menabrak
jendela kaca lantai 20 dan tangannya sempat memegang sesuatu. Maka
balaslah, “OK! Kupanggilkan helicopter,” supaya dia lega dan tidak
meneriaki kamu lagi.
Jika dia SMS dan memaksa meminta balasan. Katakan
alasanmu sejujurnya, tentang prinsip yang kamu pegang, tentang
ketidaknyamanan nuranimu. Jika dia menghargaimu, seharusnya dia
mengerti.
Jika kamu mendapatinya sedang memandangimu. Jika
Cuma sekali mungkin hanya kabetulan, sekali saja dia memandangimu. Jika
beberapa kali terjadi, tegaskan dengan sikap dan tingkah lakumu bahwa
kamu ‘tidak bermasalah’ dengannya. Jika pandangan kalian bersirobok
berkali-kali, tanda bahwa kamu juga suka memandanginya, maka
tundukkanlah pandanganmu.
Jika dia memancingmu untuk berinteraksi, menanyakan
sesuatu yang tidak begitu penting, menjahilimu, menggodamu. Jika kamu
seorang sanguinis pasti akan mudah terpancing dan menunjukkan sifat
kekanakanmu yang membuatnya semakin gemas. Seringkali kamu berpikir
‘kasihan’ jika ada yang nge-joke tapi dicuekin, kamu tidak ingin
bersikap ‘saklek’ dan memang, joke atau kejahilannya memancing senyum,
tawa ceria dan menyegarkan suasana. Tapi ingatlah, kalian sudah besar
dan dewasa. Kenyamanan saat kalian tertawa dan saling menjahili, adalah
elusan setan yang akan membawamu pada perangkap cinta palsu. Maka,
tanggapilah gurauannya sesekali, dan lebih sering tampakkan sikap
dewasamu. Kamu memang pantas untuk digoda, untuk dibahagiakan dengan
gurauan, tapi bukan oleh dia; hanya oleh suamimu!
Jika dia mengajakmu menikah, padahal kamu sama
sekali tidak memiliki bayangan. Mungkin kamu lebih suka jika murabbi
atau orangtua yang mencarikan jodohmu. Mungkin juga ada sifatnya yang
tidak kamu sukai. Jawab saja sejujurnya. Tapi jangan terlalu jujur
terhadap alasanmu. Ingat, dia memintamu, bukan meminta argument untuk
kemudian tawar-menawar harga. Karena pernikahan itu masalah seumur
–hidup, dunia akhirat dan mitsaqan ghalidza!
Jika dia memaksamu dengan dalil, yakinkan diri
apakah memang dia cukup sholih untuk mendatangkan fitnah jika khitbahnya
kamu tolak. Bertanyalah pada murabbi atau ustadz. Bagaimanapun, segala
sesuatu yang di syuro’kan (dimusyawarahkan) akan membawa lebih banyak
kebaikan daripada keputusan yang kamu ambil sendiri.
Jika kamu juga menyukainya, mintalah kesempatan agar
kamu cukup waktu untuk berpikir dan bermusyawarah dengan keluarga dan
murabbimu. Mintalah pandangan dan nasihat mereka. Mungkin mereka
memiliki jaringan untuk menyelidiki calonmu itu. Jangan lupa istikharah
ya…
Jika kamu menerima khitbahnya, rencana pernikahan
sudah selesai dirancang, daftar undangan sudah mulai disusun… bukan
berarti dia sah untuk memprotesmu saat kamu terpaksa pulang malam karena
syuro dakwah. Bukan pula hakmu untuk memarahinya karena dia bermain
bola saat hujan deras kemarin. Kalian tetap bukan siapa-siapa, belum ada
yang berubah. Kamu tak perlu mendekati dia, Allah yang telah
mendekatkanmu. Kepada Allahlah seharusnya kamu makin mendekat.
Jika akhirnya kalian menikah, maka separuh agamamu
telah terpenuhi. Rasulullah menyuruhmu untuk menyempurnakan separuhnya
lagi dengan taqwa. Pernikahan bukanlah surga dunia, dia hanya sarana
untuk menggapai ridha-Nya. Memang awalnya manis, tetapi tak selamanya
indah. Ada saat pertengkaran, ada waktu ketika direpotkan dengan
banyaknya jundi (baca : anak) yang harus kamu didik. Belum lagi masalah
dakwah dan maisyah yang kadang kepentingannya sama-sama menyita waktumu
dan suamimu. Tetaplah istiqamah!![]
Thanx berat untuk Rida, banyak inspirasi dari obrolan kita.
0 komentar
Posting Komentar