Pages

priBotTab2

Featured 1

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 2

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 3

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 4

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 5

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Jumat, 28 Desember 2012

Taujih kematian

Bismillah....
Syuro pagi ini dimulai dengan tilawah surah An Naba - An Naziat.. bergetar rasanya menyimak lantunannya, apalagi mentadaburi maknanya...
Allah, seminggu ini.. ada yang salah dalam ruhiyahku,
Allah..seminggu ini : ada kosong yang harus segera diperbaiki... Allah..aku terpikir dia lagi. Ya, dia : kematian.
Hanya bisa berharap..
Jika aku mati besok, maka jangan biarkan aku mati dalam hutang-hutang amanah yang belum selesai...
Jika aku mati besok, akan seperti apakah namaku dikenal?
Apa mereka akan menangisi kepergianku?
Atau sudikah mereka memenuhi jalan mengantarkan dan mendo'akan jenasahku?
Binaanku, anak muridku, sahabat-sahabatku ? apa yang akan mereka kenang dariku?
Ibu bapakku? apa kematianku akan menambah beban mereka?
Dan aku semakin takut, dan teringat
oleh tugas-tugas yang belum selesai..
oleh 27 juz yang belum tuntas dihapalkan..
oleh ribuan janji yang mungkin pernah kuucap dan masih lalai untuk ditunaikan..
dan jika aku mati besok..
jangan sampai kematianku membuat susah orang-orang disekitarku..
seharusnya, kepergianku adalah taujih rabbani bagi mereka
seharusnya, kepergianku adalah semangat baru yang kemudian tumbuh menjadi inspirasi
seharusnya, mereka mengenang amal jariyahku, mungkin..kebaikan-baikanku, seraya melantunkan doa yang panjang sebagai bekalku menghadapi alam selanjutnya.
seharusnya,....
dan aku takut, jika aku mati besok, ternyata..aku tak semulia itu...
aku tak mati dalam keadaan tilawah dan puasa seperti utsman
aku tak mati seperti mush'ab yang menyerahkan segalanya untuk dakwah
atau tidak seperti Handzholah dan Sa'ad yang dimandikan malaikat, yang Arsy Allah berguncang karena kematiannya! karena amal jariyah!!
........
Allah, panjangkan umurku, sehatkan badanku, jadikan dunia ku sebagai tempat terbaik pengumpul bekal menuju perjalanan selanjutnya.. jika masih ada waktuku, jadikan hadirku sebagai pemberi manfaat bagi yang lain....
Dan, sungguh kematian memang paling pantas menjadi taujih!
Aku berpikir, jika memang aku mati besok? Siapa yang akan mengerjakan ini semua!
Duhai jiwa, bergegaslah! Tuntaskanlah!
Karena bisa saja, engkau memang akan mati besok..
@albanna, baiti jannati..

Sabtu, 22 Desember 2012

Surat Untuk Ibu



Bismillah...
Ibu, surat ini untuk Ibu
Meski aku tau ibu tak terlalu suka membaca
Meski aku tau bagi ibu, bukti nyata itu lebih penting daripada puitisasi atas cinta
Aku : putri kecil ibu dan dalam tubuhku ada darah ibu.

Ibu, maaf karena aku masih suka membuat ibu marah
Maaf karena aku masih saja baru maghrib tiba di rumah
Maaf karena waktu akhir pekanku jarang dihabiskan bersama Ibu.
Maaf karena aku tau Ibu tidak suka dan juga lelah

Maaf jika aku suka lupa pesan Ibu
Sering tidak pulang tepat waktu
Tidak mendengar panggilan telepon atau SMS dari Ibu,
Lalai dalam pekerjaan-pekerjaan rumahku

Maaf Ibu, aku sering membuat Ibu khawatir.
Memberi Ibu masalah yang membuat kepala menjadi pusing
Aku tak ingin seperti gadis remaja lain, Ibu..
Kujaga diriku betul-betul, dan kupastikan Ibu takkan malu karena kelakuanku

Maaf juga karena aku masih saja suka begadang,
Tidur larut, lalu bangun dengan kepala hanyut dan mata bengkak karena mengantuk
Maaf juga belum sepenuhnya menjadi anakmu yang penurut
Atau terkadang bilang : Bu, aku lelah jangan terlalu sering menuntut!

Padahal tuntutan Ibu adalah anak-anak kunci menuju surga
Padahal cinta Ibu padaku tak pernah mengenal masa
Padahal marah Ibu padaku adalah sayang dalam bentuk yang berbeda
Padahal aku juga tau itu, hanya saja sering aku tak sabar…

Ibu maaf, aku sering kurang sabar menjelaskan pada Ibu
Aku sedang mencoba Ibu, bertahan dan terus belajar di jalan ini : jalan pewaris Nabi
Aku lelah, dan karenanya jadi sering gampang marah
Pikiranku penuh memikirkan mereka, sehingga terlihat seperti tidak memikirkan Ibu.

Aku memikirkanmu, Bu..sungguh!
Dalam do’a, dalam harap, dalam cinta, dan takut yang kurajut dalam diam
Aku sedang mencari jaminan ibu, untukmu, untukku, untuk keluarga besar kita
Kelak, jika hari kebangkitan itu tiba :saat semua kebaikan dibalas kebaikan yang serupa.

Ibu, maaf..lelahmu adalah khilafku
Ketika aku mulai khilaf mengatur waktu
Ketika ujian itu mulai menumpuk-numpuk di atas bahuku
Dan ketika engkau marah atau menangis ibu, langit seakan runtuh menghujam hatiku!

Maaf Ibu, aku tau kehadiranku selalu engkau tunggu
Disiplin dalam pekerjaan, menjadi pendengar yang baik atas semua pengalaman
Menemani ke pasar dan mengajak ibu ke salon atau jalan-jalan
Canda tawa yang hangat, kado kejutan, dan pelukan sayang sambil bilang :
 Aku sayang Ibu..

Aku ingin punya waktu membetulkan bacaan ngaji Ibu
Berangkat berdua menuju majelis ilmu
Bertukar pikiran tentang kegiatan dakwah dan info-info bermutu
Atau mungkin duduk sore-sore, sembari setoran hapalan terbaru

Ibu, doakan aku pandai sepertimu
Doakan aku mampu mengatur urusan dan waktuku lebih baik lagi
Doakan aku kelak kita akan bertemu dengannya : si pemberi mahkota
Doakan aku menjadi ibu terbaik bagi anak cucu kita : rabbani di rumah kita sendiri!

Aku ingin menjadi anak shalehah dan berguna bagimu
Menjadi penghibur duka dan penghapus laramu
Menjaga kebangganmu, Qurrota A’yun dalam hidupmu
Tapi semua tak berarti jika tanpa ridhomu, Ibu…

Ibu, doakan dan ridhoilah aku,
Aku ingin engkau tau cintaku padamu seperti kata indah dalam sebuah buku
Ya, cinta bagiku adalah surga yang tak bisa aku masuki
Jika tanpamu
:)

Ibu, hari ini adalah hari Ibu.
Dan aku belajar seharusnya setiap hari adalah hari IBU
Jangan takut Ibu, aku putrimu selalu!
Bukan hanya di dunia Ibu, semoga juga sampai ke surga!

original mind
@albannarental-saturdaynight

Refleksi : Kita bukan siapa-siapa



Bismillah...
Sungguh, kita bukan siapa-siapa.
Tanpa hidayahNya, bahkan kita buta, tentang hijab, tentang ilmu, tentang dakwah
Kita bukan pula seorang hafidzhah
Tanpa bantuanNya, ayat demi ayat Kalamullah mungkin enggan menempel dalam memori otak dan hati kita
Kita, hanya ruh dalam jasad sempurna yang diciptakanNya
Seonggok daging berjalan yang tak mengenal Rabb-Nya,
andai kita tak berada di jalan tarbiyah ini.

Mungkin, kita adalah aku-aku, dan aku yang egois,
tapi terselubung dalam ukhuwah yang manis
Mungkin,  kita adalah sang muhajir, yang bersusah payah memperbaharui niat,
setiap hari, agar ia kekal abadi, tak sia-sia dimakan riya dan dengki

Kita bukan siapa-siapa,
Bukan tabligher sejati, bukan ahli hadits, bukan penghapal kitab kuning atau anak santri.
Kita adalah kita yang mau belajar, mau berusaha, mau berubah, mau tertatih, mau mencoba, walau masih meraba-raba, walau masih sepotong-potong..
Bukan kita yang menghadirkan mereka dalam majelis kita, dalam liqo’at kita,
dalam syuro-syuro kita, dalam amaliyah kebaikan kita.
Bukan kita, tapi Allah! Yang Maha Membolak-balik Hati.

Allah! Yang menitipkan wajah teduh dan senyum manis itu pada kita, saat ini!
Allah! Yang membantu kita menjaga yaumiyah kita, dari hari ke hari
Allah! Yang Maha Mengawasi, Yang Mengetahui Segala Isi Hati
Ya, Allah! Yang bahkan tak seorang pun bisa lari dari pengawasanNya yang teliti

Dan kita masih saja lupa, niat itu pekerjaan hati dan amal ihsanlah yang paling dicintai
Dan bukan mereka yang membutuhkan kita, tapi kita yang membutuhkan mereka !
Agar kelak jika kita ditanya, ada kebaikan yang sudah siap menjadi perisainya!
Sibukkan dirimu duhai jiwa, mencari sebanyak-banyaknya jaminan.

Jangan bangga, dengan statusmu!
Jangan bangga, dengan amalmu!
Jangan bangga, dengan tingginya hapalanmu atau baiknya kuantitas dan kualitas yaumiyahmu!
Jangan bangga, meski kita sering menjadi pembeda!
Jangan bangga, meski kita sering harus berlelah-lelah sementara yang lain bisa bebas  memikirkan urusan dunia.

Jangan bangga, tapi bersyukurlah dengan kesyukuran yang besar
Dengan istiqomah dan sabar yang panjang
Dengan kebaikan-kebaikan yang kita rencanakan.
Dengan do’a-do’a yang disimpan rapi, lalu naik hingga langit tertinggi.
Dan tunggulah kabar gembiranya turun, bersama hujan menuju bumi J
Selamat berjuang duhai engkau mujahidah dakwah.
Sampai nanti, sampai mati!

original mind of Qurrota A’yun : @albannarental

Sabtu, 15 Desember 2012

Time Of your Life

Bismillah..
Seorang teman, yang duduk tepat di depan mejaku ketika SMA kelas 1 menyanyikan lagu ini. Lagu apa, tanyaku? Dia bilang Greenday. Hmm, bukannya lagunya rock semua, kataku polos. Tidak semua, katanya. Akhirnya sejak saat itu, lagu ini menjadi salahsatu lagu favoritku. Sebab utamanya karena liriknya.

Another turning point a fork stuck in the road
Time grabs you by the wrist directs you where to go
So make the best of this test and don't ask why
It's not a question but a lesson learned in time

[Chorus]
It's something unpredictable but in the end
It's right I hope you've had the time of your life

So take the photographs and still frames in your mind
Hang it on a shelf in good health and good time
Tattoos and memories and dead skin on trial
For what it's worth it was worth all the while  
ya, semoga aku, kita semua akhirnya mendapatkan TIME OF OUR LIFE, memanfaatkan waktu terbaik dalam hidup kita. Jangan disia-siakan, jangan menyesal.


Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah."

(QS. An-Naba', (78):40)

Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).

(QS. Al-An'am, (6):27)


Mereka akan berkata:

Dan mereka akan berkata: “Kalau saja kami benar-benar mendengarkan atau menggunakan akal kami (memikirkan peringatan itu), maka tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang apinya menyala-nyala.”

(QS. Al-Mulk, (67):10)

Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).

(QS. Asy-Syuura, (42):47)



SMS Cinta

Bismillah..
Alhamdulillah, sampai detik ini, aku masih memegang teguh prinsip cinta itu universal. Karenanya bicara cinta tidak sebatas hubungan romantis antara laki-laki dan perempuan. Cinta jauh lebih luas dibandingkan itu. Selalu ada cinta yang bisa kita bagi dan upayakan. Dakwah itu adalah cinta. Cinta adalah kerinduan hamba pada RabbNya, bahkan bagian dari penghambaan kepadaNya. Cinta adalah energi kebaikan, dan bahkan Dia menciptakan semesta alam ini karena cinta. Cinta adalah itsar. Cinta berarti membiarkan seseorang bahagia, dengan atau pun tanpa kita. Cinta menjaga, merawat tidak menyakiti. Cinta itu peduli dan tidak egois. Kata Tere Liye, cinta seperti hantu, atau cinta itu seperti telur. Ah, cinta sangat indah dan tiada habisnya kosakata jika digunakan untuk mendeskripsikan cinta. Dan kali ini, postingan tentang SMS cinta adalah beberapa SMS terbaik yang kusimpan dalam memori HP ku. SMS spesial dari saudari-saudari special. Dalam  seminggu mungkin ada minimal 1 kali SMS cinta itu masuk. ^_^ Sungguh, aku mencintai kalian karena Allah, ukhti....Mba V Mujahidah : Ukhty fillah, bagaimana rasa pagimu hari ini? Bagaimana semangatmu, jika kau berkehendak bagikanlah semangatmu padaku, karena berkawan dengan orang2 yang sholeh adalah terapi untuk hati yang bermasalah. Bermasalah dalam ibadah, bermasalah dalam berdakwah, bermasalah atas seruan-seruan kebaikan. Ukhty ku harap kita ikat erat ukhuwah ini, jangan ada yang terjatuh, jika ada yang terlukai dengan tutur dan sikap ana maka maafkanlah sungguh jika itu tak dimaafkan maka jilatan api neraka yang akan melahapnya. Ukhty ku sampaikan pada alam dan semesta bahwa aku sangat mencintai karena Allah, semoga dengki dan berburuk sangka akan terusir oleh ukhuwah kita.. Amin..

Sahabat U, di kota yang lain. : "Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberi rizki dari arah yang tiada disangka-sangka (HR Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad)
..
*nnt disambung lagi*
(Alhamdulillah sampai saat ini, tidak pernah ada SMS gombal dan tidak penting yang nyasar ke HPku, kalau itu terjadi: dipastikan bukan hanya HP ku saja yang bakalan hang, Nauzdubillah min dzalik)

Al Anfal : 1-4

Bismillah..
MInggu lalu, aku meminta iqob kepada saudara satu lingkaran, karena telah gagal melaksanakan tugas dalam lingkaran ukhuwah kami.  Dan ini adalah iqob yang beliau berikan : menghapal surah al anfal 1-4.
Dan setelah berhasil menghapalnya, alhamdulillah ayat ini sungguh luar biasa.. ^_^
Mari, kita tadabburi bersama :
1) Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) hasil rampasan perang. Katakanlah: "Hasil rampasan perang adalah kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman." 2) Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. 3) (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. 4) Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. (QS Al-Anfal [8]: 1-4)
Surah Al-Anfal adalah surah kedelapan dalam urutan surah-surah Al-Qur’an sesuai dengan susunan Mushaf. Adapun berdasarkan urutan turunnya wahyu, surah ini – menurut sebuah pendapat – menempati urutan ke-88 sesudah surah Al-Baqarah. Ayat-ayatnya berjumlah tujuh puluh lima (75) ayat. Dan ia merupakan salah satu surah madaniyah, yakni yang turun di Madinah atau pada periode setelah hijrah ke Madinah. Sedangkan surah-surah atau ayat-ayat yang turun di Mekkah atau pada periode Mekkah sebelum hijrah disebut makkiyah.
Surah ini tepatnya turun dalam Perang Badar di bulan Ramadhan pada tahun kedua Hijriyah, yakni sembilan belas bulan setelah peristiwa hijrah Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam dari Mekkah ke Madinah. Dan meskipun ada pendapat berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas bahwa sebanyak tujuh ayat dari surah ini (ayat 30 – 36) adalah makkiyah, namun pendapat yang lebih rajih (lebih kuat) mengatakan bahwa seluruh ayat dalam surah ini adalah madaniyah.
Tema utama surah ini bisa disimpulkan dari dua kata kunci yaitu iman dan jihad. Antara keduanya memang ada keterkaitan yang sangat erat. Iman merupakan syarat utama jihad yang sah dan benar. Disamping itu iman juga merupakan motivator utama dalam berjihad. Sehingga, tanpa adanya iman yang kokoh dan kuat tidak bisa dibayangkan bahwa seseorang akan siap maju ke medan jihad yang menuntut berbagai bentuk pengorbanan. Sementara itu, jihad adalah jalan dan cara terbaik yang dilakukan oleh seorang mukmin untuk menggapai kesempurnaan iman. Di saat yang sama, jihad juga merupakan salah satu sarana terpenting dalam Islam untuk membuktikan dan menunjukkan tingkat kejujuran serta kemurnian iman seseorang.
Sebab-sebab Turunnya Ayat (Asbabun Nuzul)
Imam Ahmad meriwayatkan dalam kitabnya Al-Musnad dari sahabat ’Ubadah bin Ash-Shamit yang mengatakan,”Tentang kamilah (peserta Perang Badar) surah Al-Anfal ini turun. Yakni pada saat kami sedang berselisih seputar hasil rampasan perang, yang menjadikan akhlak kami sempat ”memburuk”. Maka Allah-pun mengambilnya dari tangan kami, dan menyerahkannya kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Maka beliau – shallallahu ’alaihi wasallam – pun membagikannya kepada kaum muslimin secara merata.”
Riwayat lain yang juga ada dalam Musnad Imam Ahmad menceritakan ungkapan ’Ubadah bin Ash-Shamit tersebut secara lebih rinci, bahwa setelah Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin atas kaum kafir pada Perang Badar, sebagian sahabat melakukan pengejaran terhadap musuh-musuh Allah yang lari dari medan pertempuran. Sebagian yang lain bertugas mengumpulkan hasil rampasan perang. Sedangkan kelompok ketiga bertugas menjaga benteng pertahanan terakhir dimana Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam berada untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan ancaman terhadap diri beliau. Setelah semua berkumpul pada malam harinya, terjadilah perselisihan antara ketiga kelompok sahabat tersebut. Karena masing-masing kelompok mengatakan bahwa merekalah yang lebih berhak atas hasil rampasan perang daripada yang lain, maka turunlah firman Allah: ’Mereka bertanya kepadamu tentang hasil rampasan perang. Katakanlah: Hasil rampasan perang adalah untuk Allah dan Rasul-Nya. Maka bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan diantara sesama kalian... dan seterusnya’ (permulaan QS Al-Anfal). Lalu Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pun membaginya diantara kaum muslimin.
Sebenarnya masih ada beberapa riwayat yang lain tentang asbabun nuzul permulaan surah Al-Anfal ini, namun saya merasa tidak perlu menyebutkan semuanya disini. Yang telah disebutkan diatas insyaallah sudah cukup memberikan gambaran untuk membantu pemahaman kita.
Tafsir Global
Empat ayat pertama ini merupakan muqaddimah (pendahuluan) surah Al-Anfal. Surah Al-Anfal dimulai dengan penjelasan tentang hukum hasil rampasan perang (al-anfal, ghanimah) yang merupakan salah satu dampak peperangan. Hukum pembagiannya dikembalikan kepada Allah dan Rasul shallallahu ’alaihi wasallam, yang kemudian dijelaskan secara rinci pada ayat 41. Yang demikian ini karena Allah-lah pemilik segala sesuatu, dan Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam adalah khalifah-Nya.
Selanjutnya Allah Ta’ala memerintahkan orang-orang beriman dengan tiga hal, yaitu taqwa, memperbaiki hubungan antar sesama mukmin dan taat kepada Allah serta Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Ketiga hal tersebut merupakan perkara-perkara yang sangat penting dalam jihad. Jihad yang tidak dilandaskan pada ketaqwaan bukanlah jihad yang benar dalam kacamata Islam. Selanjutnya, jihad sangat membutuhkan kesatuan dan kesolidan shaf. Oleh karena itu wajib dilakukan upaya perbaikan hubungan antar sesama mujahidin, khususnya jika terjadi perselisihan. Mengapa? Karena perselisihan selalu merupakan faktor penyebab terjadinya kelemahan dan kegagalan (QS Al-Anfal: 46). Selain ketaqwaan dan kesatuan shaf, kedisiplinan (indhibath) merupakan syarat yang sangat asasi dalam jihad, karena jihad tidak mungkin bisa ditegakkan tanpa adanya unsur kedisiplinan diantara para mujahidin. Dan asas kedisiplinan dalam Islam adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, yang sekeligus merupakan tanda dan parameter keimanan.
Berikutnya dalam ayat 2 sampai 4, Allah Ta’ala menyebutkan sifat-sifat mukminin sejati. Ini sangat relevan dan penting dalam konteks jihad islami. Karena hanya dengan iman yang sejati dan hakikilah jihad islami bisa tegak. Yang disebut dengan iman yang hakiki adalah perpaduan antara iman akal pikiran yang bersifat teoretis dan iman hati yang bersifat praktis implementatif (Lihat QS Al-Hujurat: 14-15).
Diriwayatkan bahwa seseorang bertanya kepada Imam Hasan Al-Bashri. ”Ya Aba Sa’id (julukan Imam Hasan Al-Bashri), apakah Anda seorang mukmin?” Beliaupun menjawab,”Iman itu ada dua macam. Jika yang kamu tanyakan adalah iman (secara teoretis) kepada Allah, pada malaikat-malaikat-Nya, pada kitab-kitab-Nya, pada rasul-rasul-Nya, pada Surga, pada Neraka, pada Hari Berbangkit dan pada Hari Penghisaban, maka saya adalah orang yang beriman. Namun jika yang kamu tanyakan adalah tentang firman Allah: ’Orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang apabila disebut Nama Allah bergetarlah hatinya’... dan seterusnya sampai ’Mereka itulah sebenar-benarnya orang-orang yang beriman’ (QS Al-Anfal: 2-4), maka demi Allah saya tidak tahu apakah saya benar-benar termasuk dalam kategori mereka atau tidak.”
Pada ayat 2 sampai 4, Allah menyebutkan beberapa sifat orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Pertama, mereka adalah orang-orang yang jika disebut Nama Allah, mereka gemetar dan takut. Kedua, jika dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an, iman mereka menjadi bertambah. Ketiga, mereka bertawakkal hanya kepada Allah semata. Keempat, mereka menegakkan shalat dengan menyempurnakan seluruh syarat, rukun, wajib dan sunnahnya. Dan kelima, mereka adalah orang-orang yang gemar berinfak dari rizki yang diberikan kepada mereka, dan ini mencakup pembayaran zakat serta pemenuhan hak-hak sesama, baik yang wajib maupun yang sunnah.
Itulah lima sifat mukmin sejati, yang meliputi tiga sifat batiniyah (sifat pertama, kedua dan ketiga) dan dua sifat lahiriyah (sifat keempat dan kelima). Tentu saja sifat-sifat mukmin sejati tidak hanya lima ini. Allah juga menyebutkan sifat-sifat lain seorang mukmin dalam banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang lain. Bisa dilihat misalnya QS Al-Mu’minun: 1-11, QS Al-Furqan: 63-67, dan sebagainya.
Sumber : http://konsultasisyariah.net/content/view/94/

Tentang Taddabur :)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sahabat-sahabat sekalian yang berbahagia,

Sebagaimana kita ketahui, Al Quran merupakan karunia Allah swt yang amat berharga. Maka sudah semestinya kita bersyukur kepada-Nya atas karunia ini. Dalam artikel sebelumnya kita sudah membahas salah satu tahap untuk mensyukuri nikmat-Nya itu, yakni tilawah Al Quran, membaca Al Quran dengan baik. Sekarang mari kita bahas tahap kedua, yang memiliki nilai yang lebih tinggi dari tilawah, dan dapat memberi dampak yang amat besar bagi kehidupan seseorang, yaitu tadabbur Al Quran.
Menurut Dr. Khalid bin Abdul Karim Al Lahim (asisten profesor bidang Al Quran dan ilmu-ilmunya di Universitas al Imam bin Muhammad bin Sa'ud al Islamiyyah, Saudi Arabia), tadabbur artinya memikirkan dan merenungkan ayat-ayat Al Quran untuk mendapatkan pemahaman, kandungan makna, hikmah-hikmah, dan maksud dari ayat-ayat tersebut.

Dalam Al Quran disebutkan bahwa Allah swt menurunkan Al Quran ini untuk agar manusia malakukan tadabbur.

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَ‌كٌ لِّيَدَّبَّرُ‌وا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ‌ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿٢٩

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (man-tadabbur-i) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran." (Shad : 29)

Inilah tujuan diturunkannya Al Quran. Betapa keliru orang yang menganggap bahwa bagi seorang muslim cukuplah membaca Al Quran tanpa merasa perlu merenungi maknanya. Sayangnya, banyak di antara saudara-saudara kita yang bersikap seperti ini.

Tadabbur dan Kekuatan Jiwa


Saat kita diundang untuk menghadiri resepsi pernikahan, pernahkah kita datang tanpa peduli baju apa yang sedang kita pakai?Tentu saja tidak. Kita pasti mencari baju yang paling pas untuk acara pernikahan. Kita malu kalau sampai tampil beda lalu jadi bahan ejekan orang lain. Itulah sifat manusia normal, selalu ingin untuk diterima oleh lingkungannya. Merupakan beban mental yang amat berat untuk berbeda dengan lingkungan.

Sekarang marilah kita renungkan saat pertama kali Rasulullah saw menerima wahyu dan diperintahkan untuk menyampaikannya ke publik. Beliau mendapat mandat dari Allah swt untuk menyampaikan ajaran tauhid. Ajaran ini tidak hanya berbeda, bahkan berteolak belakang dengan prinsip hidup kaumnya yang menyembah berhala. Bayangkan betapa berat beban mental yang harus beliau pikul. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad dari Ibnu Abbas ra diceritakan, setelah  Rasulullah saw menerima perintah

وَأَنذِرْ‌ عَشِيرَ‌تَكَ الْأَقْرَ‌بِينَ
"Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat" (Asy Syu'ara`:214)

Beliau naik ke bukit Shafa, lalu menyampaikan peringatan kepada kaumnya agar mereka takut kepada siksa Allah dan berhenti dari kekufuran mereka. Saat itulah Abu Lahab melontarkan umpatan yang tajam, " Binasa sepanjang hari kau Muhammad, apa cuma buat ini kau panggil kami?". Lalu turunlah surat Al Masad yang mencela Abu Lahab
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa" (Al -Masad:1)
Inilah salah satu ujian yang mesti dialami Rasulullah saw, dipermalukan oleh kerabat beliau sendiri di depan publik. Kalau kita menelusuri sejarah, maka kita akan menemukan berbagai ujian lain yang lebih berat. Rasululullah saw pernah dicekik, dilempari kotoran hewan saat sedang sujud, dilempari batu sampai kaki beliau berdarah, bahkan diboikot secara ekonomi hingga beliau sekeluarga terpaksa mengungsi di perbukitan selama 3 tahun. Beliau pun diolok-olok sebagai orang gila, juga disebut “Al Abtar (yang hina dan terputus namanya)” karena semua anak laki-laki beliau wafat semasa kecil. Sebagian sahabat beliau disiksa dan sebagian lagi dibunuh, hanya karena mereka mengikuti Nabi saw. Pernah juga beliau mendapat tawaran yang sangat menggoda dari kaum kafir Makkah.
Akan tetapi, sejarah membuktikan bahwa mental Nabi saw dan para sahabat beliau lebih kokoh dari apapun. Mereka tidak goyah, hinnga akhirnya Allah swt memberikan jalan kemenangan. Bagaimana bisa mereka mampu bertahan?Apa kuncinya?
Kalau kita telusuri ayat-ayat Al Quran yang pertama kali diturunkan, kita akan jumpai bahwa di antara lima kumpulan ayat  yang paling awal diturunkan adalah kumpulan ayat di awal Surat Al-Muzzammil, yang di dalamnya terdapat perintah untuk salat di malam hari (ayat 1-4), membaca Al Quran dengan perlahan-lahan (ayat 4), ada penjelasan bahwa waktu malam itu lebih pas situasinya untuk khusyu' dan menangkap kesan dari bacaan (ayat 6), perintah untuk berdzikir dan beribadah dengan tekun kepada Allah (ayat 8), berserah diri kepada-Nya (ayat 9), serta bersabar (ayat 10).

Dengan demikian, kunci kekokohan mental Rasulullah saw adalah kuatnya hubungan jiwa dengan Allah yang merupakan efek dari aktivitas rutin salat malam yang di dalamnya Al Quran dibaca perlahan-lahan dengan tadabbur. Dari ayat-ayat itupun kita tahu bahwa tujuan perintah membaca Al Quran dengan perlahan-lahan saat salat di malam hari tidak lain adalah agar pembaca dapat dengan mudah meresapi makna Al Quran dan menangkap kesan bacaannya. Karena itu, tadabbur Al Quran merupakan aktivitas yang sangat efektif meningkatkan kekuatan mental kita dalam menghadapi tantangan perjuangan.

Tadabbur, Sulitkah?

Sebagian orang menganggap bahwa tadabbur itu sulit karena untuk bertadabbur harus menjadi pakar dulu. Memang benar dalam Al Quran terdapat ayat-ayat yang hanya bisa dipahami oleh para pakar. Contohnya adalah ayat-ayat tentang hukum. Ada juga ayat-ayat yang bisa dipahami oleh orang Arab karena mengandung gaya bahasa Arab. Bahkan, ada ayat-ayat yang hanya dipahami oleh Allah swt. Akan tetapi, ayat-ayat seperti ini jumlahnya sedikit. Sebagian besar ayat Al Quran berisi peringatan, kabar gembira, kisah-kisah,  pelajaran tentang Allah dan hari akhir, yang semua itu mudah dipahami oleh kebanyakan orang karena begitu jelas dan eksplisit.
Empat Tanda Tadabbur

Bagaimana tanda bahwa kita sudah bertadabbur dengan baik?Berikut ini empat tanda tadabbur yang baik.

1. Khusyu`
Khusyu` maksudnya selarasnya lidah dengan pikiran. Saat  membaca Al Quran, tidak layak bila lidah kita membaca tapi pikiran mengembara ke mana-mana. Kita mesti menyelaraskan hati dan lisan, mengucapkan kata disertai penuh perhatian.  Inilah sikap orang-orang yang mendapat predikat sebagai hamba-hamba Ar-Rrahman, yang kelak mendapatkan kebahagiaan :

وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُ‌وا بِآيَاتِ رَ‌بِّهِمْ لَمْ يَخِرُّ‌وا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا ﴿٧٣

Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al Furqan:73)

Allah swt memberi perumpamaan untuk kita bagaimana mestinya sikap kita saat berinteraksi dengan Al Quran. Allah swt berfirman,

لَوْ أَنزَلْنَا هَـٰذَا الْقُرْ‌آنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَ‌أَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّـهِ ۚ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِ‌بُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُ‌ونَ ﴿٢١

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (Al Hasyr:21)

Gunung yang tinggi dan kokoh itu akan tunduk terpecah-belah karena merasa takut kepada Allah saat menerima Al Quran. Bagaimana dengan hati kita? Apakah hati kita begitu tinggi, melebihi tingginya gunung, sehingga kita tidak merendahkan diri di hadapan Allah saar membaca Al Quran? Ataukah hati kita begitu keras sehingga tidak retak sedikitpun saat berbenturan dengan peringatan-peringatan Allah dalam Al Quran?

2. Menangis

Hamba-hamba Allah yang mengetahui keagungan firman-Nya dan menangkap makna dan kesan di dalamnya tidak akan kuasa menahan air matanya. Jiwanya akan menemukan percampuran antara haru, kagum, cemas, dan harap, dengan keindahan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Dalam surat Al Maidah, Allah swt memuji para pendeta dan rahib Nasrani yang tidak menyombongkan diri. Allah swt menceritakan ekspresi mereka saat mendengar Al Quran :

وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنزِلَ إِلَى الرَّ‌سُولِ تَرَ‌ىٰ أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَ‌فُوا مِنَ الْحَقِّ ۖ يَقُولُونَ رَ‌بَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ ﴿٨٣

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s. a. w.).

Mereka mencucurkan air mata karena menemukan kebenaran Al Quran berdasarkan apa yang selama ini mereka ketahui dari kitab-kitab mereka sendiri. Ada perasaan bahagia, kagum, dan haru. Lalu mereka pun dengan merendahkan diri di hadapan Allah menyatakan beriman dengan apa yang mereka dengar.

Dalam surat Maryam, setelah menceritakan kisah Zakariya dan Yahya, Maryam dan putranya, Ibrahim dan bapaknya, Musa dan Harun, Ismail, dan Idris, Allah swt  melukiskan sikap mereka saat mendengar ayat-ayat-Nya dibacakan :

أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّـهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن ذُرِّ‌يَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّ‌يَّةِ إِبْرَ‌اهِيمَ وَإِسْرَ‌ائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا ۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّ‌حْمَـٰنِ خَرُّ‌وا سُجَّدًا وَبُكِيًّا ۩ ﴿٥٨

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (Maryam : 58)
Demikian pula Rasulullah saw. Suatu hari beliau meminta Abdullah bin Mas'ud ra untuk membaca Al Quran. Lalu Ibnu Mas'ud ra pun membaca surat An Nisa' dari awal hingga ayat

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَـٰؤُلَاءِ شَهِيدًا

Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (An Nisa` : 41)
Nabi bersabda, "Cukup bagimu sekarang". Ibnu Mas'ud ra pun menoleh kepada Nabi saw, ternyata beliau berlinang air mata. (riwayat Al Bukhari dan Muslim)

3. Berdialog dengan Al Quran


Menurut Imam al Ghazali, salah satu etika yang baik dalam membaca Al Quran adalah seseorang merasa bahwa Al Quran sedang berbicara dengan dirinya. Apabila Al Quran bertanya, ia pun menjawab. Apabila Al Quran menyuruh, ia pun merespon. Membaca Al Quran membuat seseorang berdialog dengan Al Quran.

Rasulullah saw memberi contoh bagaimana berdialog dengan Al Quran. Imam Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah ra, beliau berkata, "Aku shalat bersama Nabi saw pada suatu malam, kemudian beliau membaca surat Al Baqarah, an Nisa`, dan Ali Imran. Beliau membacanya dengan perlahan-lahan. Jika beliau membaca ayat yang mengandung tasbih, beliau bertasbih kepada Allah swt. Jika membaca ayat yang berisi doa, beliau segera berdoa, dan jika membaca ayat memohon perlindungan, maka beliau segera memohon perlindungan kepada Allah swt. "

Contoh lainnya diceritakan oleh Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi saw jika membaca
سَبِّحِ اسْمَ رَ‌بِّكَ الْأَعْلَى ﴿١
"Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tingi" (Al A'la :1)

beliau mengucap,
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
"Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi"


Demikianlah mestinya seorang muslim membaca Al Quran. Ia selalu tanggap dengan ayat yang dibacanya, dan berprasangka bahwa ayat itu sedang berbicara dengan dirinya. Saat ia bertemu dengan ayat

وَتُوبُوا إِلَى اللَّـهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿٣١
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung." (An Nur:31)

maka ia segera mengingat dosa-dosanya selama ini, menyesalinya, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

4. Bertambah Iman
Iman itu bertambah dan berkurang. Bagi orang yang beriman, Al Quran memiliki dampak positif terhadap keimanannya. Allah swt berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ‌ اللَّـهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَ‌بِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿٢
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.  (Al Anfal :3)

Dalam Al Quran banyak terdapat kisah para Nabi dan perjuangan mereka. Misalnya ada kisah Nabi Ayyub, yang bersabar menanggung musibah penyakit, kemudian Allah swt menyembuhkan penyakitnya dan mengembalikan keluarganya yang telah terpisah. Seorang mukmin sejati apabila membaca kisah ini, bertambah keyakinannya bahwa kesabaran itu akan membuahkan kebahagiaan. Dalam Al Quran juga banyak ayat yang menggambarkan hari kiamat. Perenungan akan ayat-ayat itu mestinya menambah iman kita dan menambah usaha kita untuk mempersiapkan diri kita menghadapi hari kiamat itu.

Sudahkah kita iringi bacaan Al Quran kita dengan tadabbur?
Sumebr : website KAMMI jepang

Senin, 10 Desember 2012

Intermezzo : Dialog Dengan Cermin

Sebuah cermin berbicara pada figur di hadapannya. Sore itu, senja hampir saja pergi.
Cermin : Hei siapa kamu?
Figur    : Aku adalah kamu, siapa lagi :)
Cermin : Lalu, siapa kita?
Figur    : Abdullah, Abdi RabbNya... khilafatul fil ardh..
Figur tersenyum tulus. Wajahnya antusias, pupil di matanya membesar.
Cermin : Begitu?
Figur    : Mengapa wajahmu muram begitu?
Cermin : Sepertinya kita tidak sehebat itu, kok ya...
Figur    : Kalau gitu menurut kamu, kita itu siapa...?
Cermin : Kamu benar pada satu hal, tapi masih kurang pada hal yang lain.
Figur    : Punya pendapat lain ?
Si Figur bertanya, masih dengan senyum khasnya yang menyejukkan.
Hening untuk sekian lama.
Akhirnya, bayangan di cermin tersenyum seraya berkata pada Tuannya.
Cermin : Andaikata tarbiyah tidak mengenal kita. Maka kita, hanya seonggok daging berjalan yang tak kenal Rabb-Nya. Andaikan hidayah itu lewat begitu saja, tanpa kesungguhan kita. Maka kecil sekali nilai kita di mataNya. Andaikata dosa itu berbau, maka tak ada yang tahan duduk berlama-lama dengan kita.
Kita bahkan tak mampu menyentuh ujung jari kaki kita sendiri, kita rapuh, dan bisa jatuh kapan saja.
Kunci pintu surga, kata mereka, sudah ada pada kita.Tapi kita tau, gigi-gigi kuncinya masih belum sempurna, masih tanggal di mana-mana. Kita bukan Qurrota A'yun, perjuangan menujunya masih jauh, berduri, mendaki dan panjang. kita bukan Huurun'iin..tidak ada bidadari manapun yang cemburu pada kita. Di mata manusia saja, kita sering tak berguna, apa lagi dimataNya? menangislah duhai jiwa.Seperti Utsman yang bergetar ketika "kubur" itu disebut. Seperti Abdurrahman bin Mas'ud yang menangisi kelebihan Mush'ab bin Umair dibandingkan dirinya. Seperti Ali bin Abi Thalib yang menangisi beratnya kekhalifahan itu di pundaknya. Mereka, yang telah dijamin surga dan tidak menginginkan dunia! Kita meminta surga, tapi tetap berani membangun amal-amal neraka. Kita buat rencana, banyak rencana, untuk kebaikan kita sendiri, untuk kemudahan kita sendiri. Lalu adakah Allah biarkan itu terjadi? Tidak, dia menggantinya! menggantinya dengan  pengganti yang lebih baik, menurutNya! Bukan menurut kita! Kita tak punya pilihan, selain tunduk pada IradahNya. Dan kita, masih saja bertingkah!. Dan kita masih berani mEmilih pilihan yang bukan pilihanNya?
Figur muda itu, tertunduk dalam isak yang panjang.
Figur    : Engkau benar.
Cermin : Jangan bersedih. Luruskan niatmu karenaNya. Kita berhak memilih, jalan kebaikan atau kemungkaran. Kita berhak memilih dan pilihlah, menurut pilihanNya.

Sebuah kalimat berjalan melintasi kepalaku : pantaskan dirimu untukNya. Kita tak punya pilihan, kita bukan pilihan dan kita tak bisa sembarangan memilih.