Sumber :
http://keepfight.wordpress.com/2011/02/03/kultwit-salimafillah-tentang-pernikahan/
1.
Dalam isyarat Nabi tentang #Nikah, ialah sunnah teranjur nan
memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian
cinta-syahwati.
2. Maka #Nikah sebagai ibadah, memerlukan
kesiapan & persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau.
“Ba’ah” adalah parameter kesiapannya.
3. Maka berbahagialah
mereka yang ketika hasrat #Nikah hadir bergolak, sibuk mempersiapkan
kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.
4. Persiapan
#Nikah hendaknya segera membersamai datangnya baligh, sebab makna asal
“Ba’ah” dalam hadits itu adalah “Kemampuan seksual.”
5. Imam Asy
Syaukani dalam Subulus Salam, Syarh Bulughul Maram menambahkan makna
“Ba’ah” yakni: kemampuan memberi mahar & nafkah. #Nikah
6.
Mengompromikan “Ba’ah” di makna utama (seksual) & makna tambahan
(mahar, nafkah), idealnya anak lelaki segera mandiri saat baligh.
#Nikah
7. Jika kesiapan #Nikah diukur dengan “Ba’ah”,
maka persiapannya adalah proses perbaikan diri nan tak pernah usai. Ia
terus seumur hidup.
8. Izinkan saya membagi Persiapan #Nikah
dalam 5 ranah: Ruhiyah, ‘Ilmiyah, Jasadiyah (Fisik), Maaliyah
(Finansial), Ijtima’iyah (Sosial)
9. Persiapan #Nikah perlu start
awal. Salim nikah usia 20 th, tapi karena persiapannya dimulai umur
15 th, maka tak bisa disebut tergesa.
10. Sebaliknya, ada orang
yang #Nikah-nya umur 30 th, tapi persiapan penuh kesadaran baru
dimulai umur 29,5 th. Itu namanya tergesa-gesa.
11. Kita mulai
dari yang pertama; Persiapan Ruhiyah. Ialah nan paling mendasar.
Segala persiapan #Nikah lainnya berpijak pada yang satu ini.
12.
Persiapan Ruhiyah (Spiritual) ada pada soal menata diri menerima ujian
& tanggungjawab hidup nan lebih berlipat, berkelindan. #Nikah
13.
(QS Ali Imran 14): Sebelum nikah ujian kita linear: pasangan hidup.
Begitu #Nikah berjejalin: pasangan, anak, harta, gengsi, investasi.
14.
Sebelum #Nikah, grafik hidup kita analog dengan amplitudo kecil.
Setelah menikah, ia digital variatif; kalau bukan NIKMAT, ya MUSIBAH.
15.
Maka termakna jua dalam Persiapan Ruhiyah terkait #Nikah adalah
kemampuan mengelola SABAR dan SYUKUR menghadapi tantangan-tantangan
itu.
16. SABAR & SYUKUR itu semisal tentang pasangan; ia
keinsyafan bahwa tak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki lebih
& kurangnya. #Nikah
17. Khadijah itu lembut, penyabar,
penuh pengertian, & dukung penuh perjuangan. Tapi tak semua lelaki
mampu beristeri jauh lebih tua. #Nikah
18. ‘Aisyah: cantik,
cerdas, lincah, imut. Tapi tak semua lelaki siap dengan kobar
cemburunya nan sampai banting piring di depan tamu #Nikah
19.
Persiapan Ruhiyah #Nikah adalah mengubah ekspektasi menjadi obsesi.
Dari harapan akan apa nan diperoleh, menuju nan apa akan dibaktikan.
20.
Jika #Nikah masih terbayang sbb: lapar ada yang masakin, capek ada
yang mijitin, baju kotor dicuciin. Itu ekspektasi. Bersiaplah kecewa.
21.
Ekspektasi macam itu lebih tepat dipuaskan oleh tukang masak, tukang
pijit, & tukang cuci;) Ber-obsesilah dalam #Nikah. “Apa obsesimu?”
22.
Obsesi sebagai Persiapan Ruhiyah #Nikah semisal: Bagaimana kau akan
berjuang sebagai suami/isteri ayah/ibu untuk mensurgakan keluargamu?
23.
Usai itu, di antara persiapan Ruhiyah #Nikah adalah menata ketundukan
pada segala ketentuanNya dalam rumahtangga & masalah-masalahnya.
24.
Lalu persiapan ‘Ilmiyah-Tsaqafiyah (Pengetahuan) #Nikah, meliput
banyak hal semisal Fiqh, Komunikasi Pasangan, Parenting, Manajemen,
dll
25. Bukan Ustadz-pun, tiap muslim harus sampai pada batas
minimal lmu syar’i nan dibutuhkan dalam berhidup, berinteraksi,
berkeluarga #Nikah
26. Lalu tentang komunikasi pasangan;
seringnya masalah rumahtangga bukan krn ada maksud jahat, melainkan
maksud baik nan kurang ilmu #Nikah
27. Sungguh harus diilmui
bahwa lelaki & perempuan diciptakan berbeda dengan segala
kekhasannya, untuk saling memahami & bersinergi. #Nikah
28.
Contoh beda hadapi masalah & tekanan; Wanita: berbagi,
didengarkan, dimengerti. Lelaki: menyendiri, kontemplasi, rumuskan
solusi #Nikah
29. Bayangkan jika perbedaan itu dibawa dalam sikap
dengan asumsi: “Aku mencintaimu seperti aku ingin dicintai” Konflik
pasti meraja. #Nikah
30. ->Suami pulang dgn masalah berat
disambut isteri yg memaksa ingin tahu & dengar problemnya, padahal
ia ingin sendiri & bersolusi. #Nikah
31. . Lihatlah
Khadijah saat Muhammad pulang dr Hira’ dengan panik & resah. Dia
tak bertanya, dia sediakan ruang sendiri & kontemplasi. #Nikah
32.
Sebaliknya-> Isteri yg sdg ingin didengar lalu curhat ke suami,
suami malah tawarkan solusi. Padahal dia hanya ingin dimengerti. #Nikah
33.
Isteri: Mas aku capek, rumah berantakan bla-bla-bla. Suami: OK, kita
cari pembantu. I: O, jadi aku dianggap pembantu?!. S: Lho?! #Nikah
34.
BEDA lagi: Suami single tasking, bisa marah kalau isterinya nan
multitasking memintanya kerjakan beberapa hal berrangkai-rangkai.
#Nikah
35. BEDA lagi: Isteri sering berkalimat tak langsung nan
tak difahami suami. Ie: Mas, Salma belum dijemput, aku masih harus
masak! #Nikah
36. -> Jawab suami: Oh, kalau gitu biar nanti
Salma pulang sendiri” Dijamin para isteri gondok, sebab maksudnya:
Tolong jemput Salma! #Nikah
37. BEDA. Bagi suami masalah hrs
disederhanakan (Spiral ke dalam). Bagi isteri, tiap detail &
keterkaitan sgt penting (Spiral keluar) #Nikah
38. Dan banyak lagi BEDA yang jk tak diilmui potensial jd masalah serius. Lengkapnya di Bahagianya Merayakan Cinta #BMC
http://bit.ly/gW5rG4
39.
Next: Parenting. Waktu kita sempit; belum puas belajar jd
suami/isteri, tiba-tiba sdh jd ayah/ibu. Maka segeralah belajar jd Ortu
#Nikah
40. Anak adl karunia yg hiasi hidup, amanah (lahir dalam
fitrah, kembalikan ke Allah dalam fitrah), pahala, sekaligus fitnah
(ujian). #Nikah
41. Maka mengilmui hingga detail-detail kecil
soal parenting adalah niscaya. ie Hadits: renggutan kasar pd bayi
membekas di jiwa. #Nikah
42. Uji kecil buat calon ibu &
ayah: “Apa yang anda lakukan saat anak lari-larian di depan rumah lalu
GABRUSS, jatuh berdebam?” #Nikah
43. LAZIM: “Sudah dibilang,
jangan lari-lari! Tuh, jatuh kan!” -> Anak belajar utk menganggap
dirinya selalu bersalah dalam hidupnya. #Nikah
44. LAZIM: “iih,
batunya nakal ya Nak! Sini Ibu balaskan!” -> Anak belajar salahkan
keadaan sekitar utk excuse dr kurangnya ikhtiyar. #Nikah
45.
LAZIM: “Hm, nggak apa-apa, nggak sakit, cuma kayak gitu!” ->
Ketakpekaan. Hati-hati dibalas saat kita sdh tua & sakit-sakitan;P
#Nikah
46. Alangkah bahaya tiap huruf dari lisan bg masa depan
anak kita. Latihlah dia agar lempang (tanpa dusta & tipu) dlm
taqwa (QS 4: 9) #Nikah
47. Kita masuk persiapan Jasadiyah
(Fisik) untuk #Nikah. Ini jua perkara penting sebab terkait dengan
keamanan, kenyamanan, & ketenagaan.
48. Awal-awal, periksa
& konsultasilah ke dokter atas termungkinnya sgl penyakit tubuh,
lebih-lebih nan terkait kesehatan reproduksi #Nikah
49. Per
#Nikah-an itu utuh di segala sisi diri, maka menjalani terapi &
rawatan tertentu untuk membaikkan fisik adalah jua hal yang utama.
50.
Fisik kita & pasangan bertanggungjawab lahirkan generasi penerus
yang lebih baik. Maka perbaiki daya & staminanya sejak sekarang.
#Nikah
51. Perbaiki pola asup, tata gizi seimbang. Allah akan
mintai tg jawab jajan sembarangan jika ia jadi sebab jeleknya kualitas
penerus #Nikah
52. Bangun kebiasaan olahraga ilmiah; tak asal
gerak tapi membugarkan, menyehatkan, melatih ketahanan. Tugas fisik
berlipat 3 setelah #Nikah
53. Jadi, target persiapan fisik
#Nikah itu 3 tingkatan; PRIMER: sehat & aman penyakit, SEKUNDER:
bugar & tangkas, TERSIER: beauty & charm;)
54.
Selanjutnya, persiapan Maliyah (finansial), ini yang paling sering
menghantui & membuat ragu sepertinya. Padahal ianya sederhana.
#Nikah
55. Yang tepat bicara persiapan Maliyah ini sebenarnya
Ust. @ahmadgozali, izinkan Salim lancang singgung sedikit dgn ilmu nan
dangkal #Nikah
56. Konsep awal; tugas suami adalah menafkahi,
BUKAN mencari nafkah. Nah, bekerja itu keutamaan & penegasan
kepemimpinan suami. #Nikah
57. Ingat & catat: Persiapan
finansial #Nikah sama sekali TIDAK bicara tentang berapa banyak uang,
rumah, & kendaraan yang harus anda punya.
58. Persiapan
finansial #Nikah bicara tentang kapabilitas hasilkan nafkah, wujudnya
upaya untuk itu, & kemampuan kelola sejumlah apapun ia.
59.
Maka memulai per #nikah-an, BUKAN soal apa anda sudah punya tabungan,
rumah, & kendaraan. Ia soal kompetensi & kehendak baik
menafkahi.
60. ‘Ali ibn Abi Thalib memulai #Nikah bukan dari nol,
melainkan minus: rumah, perabot, dll dari sumbangan kawan dihitung
hutang oleh Nabi.
61. Tetapi ‘Ali menunjukkan diri sebagai calon
suami kompeten; dia mandiri, siap bekerja jadi kuli air dengan upah
segenggam kurma. #Nikah
62. Maka sesudah kompetensi &
kehendak menafkahi yang wujud dalam aksi bekerja -apapun ia-, iman
menuntun: #Nikah itu buat kaya (QS 24: 32)
63. Agak malu, Salim
juga minus saat nikah; hutang yang terrencanakan terbayar dalam 2
tahun menurut proyeksi hasil kerja saat itu. #Nikah
64. Tetapi
Allah Maha Kaya, dan #Nikah menjadi pintu pengetuknya. Hadirnya isteri
menjadi penyemangat; hutang itu selesai dalam 2 bulan.
65.
Buatlah proyeksi nafkah #Nikah secara ilmiah & executable, JANGAN
masukkan pertolongan Allah dlm hitungan, tapi siaplah dgn kejutanNya;)
66.
Kemapanan itu tidak abadi. Saya memilih #Nikah di usia 20 saat belum
mapan agar tersiapkan isteri untuk hadapi lapang maupun sempitnya;)
67.
Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda
J. Waite (Psikolog UCLA), signifikan memperkuat ikatan cinta #Nikah
68.
Ketidakmapanan nan dinamis menurut penelitian Karolinska Institute
Swedia, menguatkan jantung, meningkatkan angka harapan hidup. #Nikah
69.
Karolinska Institute: kemapanan lemahkan daya tahan jantung thd
serangan. Di Swedia, biasanya yang kena infark langsung wafat PNS
#Nikah
70. Persiapan #Nikah yang sering terabai ialah nan kelima
ini: Ijtima’iyah (Sosial). Pernikahan adalah peristiwa yg kompleks
secara sosial.
71. Sebuah per #Nikah-an yang utuh punya visi
& misi kemasyarakatan untuk menjadi pilar kebajikan di tengah
kemajemukan suatu lingkungan.
72. Untuk itu, mereka yang akan me
#Nikah hendaknya mengasah keterampilan sosialnya jauh-jauh hari,
sekaligus sebagai bagian pendewasaan.
73. Membiasakan
mengkomunikasikan prinsip-prinsip nan diyakini terkait per #Nikah-an
& kehidupan kepada Ortu bisa jadi bagian dari latihan.
74.
Prinsip Quran tentang hubungan dengan Ortu ialah ‘persahabatan’, Wa
Shaahibhuma (QS Luqman 15). Gunakan itu untuk dewasakan diri. #Nikah
75.
Maka kadang Salim menilai kedewasaan kawan yang ingin me #Nikah
dengan keberhasilannya untuk komunikasikan prinsip pada Ortu scr
ma’ruf.
76. Persiapan kemasyarakatan: kumpulkan modal sosial
sebanyak-banyaknya; bahasa, ilmu sosio-antropologis, kelincahan
organisasi, dll. #Nikah
77. Per #Nikah-an kita harus hadir sbg
pengokoh kebajikan masyarakat, bukan beban ataupun
pelengkap-penderita. Utama lagi, jadi pelopor.
78. Mulailah dgn
perkenalan berkesan pada lingkungan. Saat walimah nanti; tetangga
rumah tinggal setelah #Nikah adl yg plg berhak diundang.
79.
Jika harus pindah tempat tinggal, mulai jg dgn perkenalan. Pr tokoh:
datangi silaturrahim. Masyarakat umum: undang tasyakuran. #Nikah
80.
Stl itu, target besarnya adl menjadikan pintu rumah kita sbg yang plg
pertama diketuk saat masyarakat sekitar memerlukan bantuan. #Nikah
81.
Tentu berat menopangnya sendiri. Mk yang harus kita punya bkn hanya
ASET, melainkan juga AKSES. Bangun jaringan slg menguatkan. #Nikah
82.
Ilmuilah bgmn cr menguruskan jaminan kesehatan miskin, beasiswa tak
mampu, biaya RS, mobil jenazah gratis, dll DEMI TETANGGA KITA #Nikah
83.
Tampillah sbg yang penting & bermanfaat dlm hajat-hajat
kebahagiaan maupun duka tetangga, juga rayaan-rayaan sosial-masyarakat.
#Nikah
84. Tampillah sbg yang terbaik sejangkau suai kemampuan;
Imam Masjid, muadzin, Guru TPA, Bendahara RT, Ketua RW, Pendoa
jenazah, dst #Nikah
85. Tampillah sbg nan paling besar
kontribusi dlm kebaikan-kebaikan sosial: Agustusan, Syawalan, Kerja
Bakti, Arisan, Pengajian, dst #Nikah
86. Ringkas kata untuk
persiapan sosial #Nikah ini adalah bermampu diri utk menjadi pribadi
& keluarga yg AMAN, RAMAH, BERMANFAAT #Nikah
87. Tuntaslah KulTwit Persiapan #Nikah yg diambil dr bagian awal buku Bahagianya Merayakan Cinta #BMC
http://bit.ly/gW5rG4 Semoga manfaat;)